Label

Selasa, 03 Mei 2016

Hatiku Selembar Daun

(Sapardi Djoko Damono)

hatiku selembar daun melayang jatuh di rumput;
nanti dulu, biarkan aku sejenak terbaring di sini;
ada yang masih ingin kupandang, yang selama ini senantiasa luput;
sesaat adalah abadi sebelum kausapu tamanmu setiap pagi.

            Puisi ini tersusun dalam bangunan diksi-diksi yang cukup sederhana dan cukup mudah pula untuk dipahami orang awam sekalipun. Namun diksi-diksi sederhana tersebut justru memiliki kelebihan dan segi makna. Dalamnya makna yang ingin disampaikan penulis lewat diksi sederhana menunjukkan kepiawaiannya dalam berpuisi.

            Bait pertama, penyair menganalogikan dirinya (hati) seperti selembar daun. Daun merupakan bagian terbanyak yang mengisi sebuah pohon, dalam konteks ini dapat ditarik kesimpulan bahwa pohon tersebut adalah dunia tempat ia hidup. Sebanyak apapun manusia yang hidup di dunia, saat ia terjatuh pasti merasakan kesendirian seperti yang diutarakan penyair lewat diksinya. “melayang jatuh di rumput” merupakan simbol bahwa dirinya telah terbaring pada tempatnya berakhir (akan berakhir). Sebuah daun suatu saat pasti jatuh ke tanah, tanah tersebut merupakan tempat berakhirnya kehidupan si daun tersebut.

            Pada bait ke dua, seolah ada sebuah permintaan kepada orang lain agar dirinya diberikan sejenak waktu untuk berdiam, merasakan akhir dari jatuhnya daun tersebut. Jika di gabungkan dengan bait pertama, kedua bait tersebut seperti seseorang yang bertemu akhir hidupnya dan meminta sedikit waktu untuk terbaring mengingat semua yang pernah di alaminya. Dan benar, pada bait ke tiga, lewat diksi “ada yang masih ingin ku padang, yang selama ini senantiasa luput” seolah daun itu ingin merasakan sesuatu yang selama ia berada pada pohon selalu ia lupakan. Manusia tidak akan pernah merasakan udara, tapi ia baru tahu pentingnya udara saat udara itu tidak ada.

            Dalam bait ketiga menggambarkan sebuah perasaan penyesalan terhadap hal yang selama ini ia lupakan di dalam pohon kehidupan. Pada bait terakhir “sesaat adalah abadi sebelum kau sapu tamanmu setiap pagi” tersirat perasaan menyesal pada diksi “sesaat adalah abadi”.

            Secara umum, makna dari puisi ini adalah seorang yang bertemu dengan akhir hidupnya. Ia terbaring menikmati akhir dari segalanya dengan segala sesal yang ia dapat. Kehidupan telah bergerak mengeliminasinya. Daun telah meninggalkan pohonnya, seperti nyawa yang telah meninggalkan raganya. Saat tersebut merupakan saat penuh arti, sesaat adalah keabadian, namun keabadian sesaat hanya terindra pilihan sudah habis tertelan waktu. Semua yang terluput hanya teringat saat akhir datang, sebelum Tuhan menyapu nyawa kita menuju pembuangan akhir (akhirat) ia mohon sejenak waktu untuk mengingat semua yang terluput. Namun, ingin hanya ingin semata. Takdir kan terus bergulir meninggalkan permulaan menuju ending.

(daun maple,  ketika hendak gugur,  warna nya semakin indah, dan orang2 pun menanti untuk menyaksikan kegugurannya)

Jumat, 05 Februari 2016

Sejarah Nabi & Rasul



1. ADAM as
Nama : Adam As.
Usia : 930 tahun
Periode sejarah :5872 – 4942 SM
Tempat turunnya di bumi : India, ada yang berpendapat di
Jazirah Arab
Jumlah keturunannya (anak) : 40 (laki-laki dan perempuan)
Tempat wafat : India, ada yang berpendapat di Mekah
didalam Al-Quran namanya disebutkan sebanyak : 25 kali

2. IDRIS as
Nama : Idris bin Yarid, nama aslinya Akhnukh, nama Ibunya
Asyut
Garis Keturunan : Adam as ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qainan ⇒
Mahlail ⇒ Yarid ⇒ Idris as
Usia : 345 tahun
Periode sejarah :4533 – 4188 SM
Tempat diutus (lokasi) : Irak Kuno (Babylon, Babilonia) dan
Mesir (Memphis)
Tempat wafat : Allah mengangkatnya ke langit
di Al-Quran namanya disebutkan sebanyak : 2 kali

3. NUH as
Nama : Nuh bin Lamak
Garis Keturunan : Adam as ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qainan ⇒
Mahlail ⇒ Yarid ⇒ Idris as ⇒ Mutawasylah ⇒ Lamak ⇒
Nuh as
Usia : 950 tahun
Periode sejarah : 3993 – 3043 SM
Tempat diutus (lokasi) : Selatan Irak
Jumlah keturunannya (anak) : 4 putra (Sam, Ham, Yafits
dan Kan’an)
Tempat wafat : Mekah al-Mukarramah
Sebutan kaumnya : Kaum Nuh
di Al-Quran namanya disebutkan sebanyak : 43 kali

4. HUD (Huud) as
Nama : Hud bin Abdullah
Garis Keturunan : Adam as ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qainan ⇒
Mahlail ⇒ Yarid ⇒ Idris as ⇒ Mutawasylah ⇒ Lamak ⇒
Nuh as ⇒ Sam ⇒ Iram (Aram) ⇒ ‘Aush (‘Uks) ⇒ ‘Ad ⇒ al-
Khulud ⇒ Rabah ⇒ Abdullah ⇒ Hud as
Usia : 130 tahun
Periode sejarah : 2450 – 2320 SM
Tempat diutus (lokasi) : Al-Ahqaf (lokasinya antara Yaman
dan Oman)
Jumlah keturunannya (anak) : –
Tempat wafat : Bagian Timur Hadramaut (Yaman)
Sebutan kaumnya : Kaum ‘Ad
di Al-Quran namanya disebutkan sebanyak : 7 kali

5. SALEH (Shalih/Shaleh/Sholeh) as
Nama : Shalih bin Ubaid
Garis Keturunan : Adam as ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qainan ⇒
Mahlail ⇒ Yarid ⇒ Idris as ⇒ Mutawasylah ⇒ Lamak ⇒
Nuh as ⇒ Sam ⇒ Iram (Aram) ⇒ Amir ⇒ Tsamud ⇒ Hadzir
⇒ Ubaid ⇒ Masah ⇒ Asif ⇒ Ubaid ⇒ Shalih as
Usia : 70 tahun
Periode sejarah : 2150 – 2080 SM
Tempat diutus (lokasi) : Daerah al-Hijr (Mada’in Salih,
antara Madinah dan Syria)
Jumlah keturunannya (anak) : –
Tempat wafat : Mekah al-Mukarramah
Sebutan kaumnya : Kaum Tsamud
di Al-Quran namanya disebutkan sebanyak : 10 kali

6. IBRAHIM as
Nama : Ibrahim bin Azar
Garis Keturunan : Adam as ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qainan ⇒
Mahlail ⇒ Yarid ⇒ Idris as ⇒ Mutawasylah ⇒ Lamak ⇒
Nuh as ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyadz ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒
Ra’u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Azar ⇒ Ibrahim as
Usia : 175 tahun
Periode sejarah :1997 – 1822 SM
Tempat diutus (lokasi) : Ur di daerah selatan Babylon (Irak)
Jumlah keturunannya (anak) :13 anak (termasuk Nabi Ismail
as & Nabi Ishaq as)
Tempat wafat : Al-Khalil (Hebron, Palestina/Israel)
Sebutan kaumnya : Bangsa Kaldan
di Al-Quran namanya disebutkan sebanyak : 69 kali

7. LUTH as
Nama : Luth bin Haran
Garis Keturunan : Adam as ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qainan ⇒
Mahlail ⇒ Yarid ⇒ Idris as ⇒ Mutawasylah ⇒ Lamak ⇒
Nuh as ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyadz ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒
Ra’u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Azar ⇒ Haran ⇒ Luth as
Usia : 80 tahun
Periode sejarah :1950 – 1870 SM
Tempat diutus (lokasi) : Sodom dan Amurah (Laut Mati atau
Danau Luth)
Jumlah keturunannya (anak) : 2 putri (Ratsiya dan Za’rita)
Tempat wafat : Desa Shafrah di Syam (Syria)
Sebutan kaumnya : Kaum Luth
di Al-Quran namanya disebutkan sebanyak : 27 kali

8. ISMAIL as
Nama : Ismail bin Ibrahim
Garis Keturunan : Adam as ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qainan ⇒
Mahlail ⇒ Yarid ⇒ Idris as ⇒ Mutawasylah ⇒ Lamak ⇒
Nuh as ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyadz ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒
Ra’u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Azar ⇒ Ibrahim as ⇒ Ismail as
Usia : 137 tahun
Periode sejarah : 1911 – 1774 SM
Tempat diutus (lokasi) : Mekah al-Mukarramah
Jumlah keturunannya (anak) : 12 anak
Tempat wafat : Mekah al-Mukarramah
Sebutan kaumnya : Amaliq dan Kabilah Yaman
di Al-Quran namanya disebutkan sebanyak : 12 kali

9. ISHAQ (Ishak) as
Nama : Ishaq (Ishak) bin Ibrahim
Garis Keturunan : Adam as ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qainan ⇒
Mahlail ⇒ Yarid ⇒ Idris as ⇒ Mutawasylah ⇒ Lamak ⇒
Nuh as ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyadz ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒
Ra’u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Azar ⇒ Ibrahim as ⇒ Ishaq as
Usia : 180 tahun
Periode sejarah : 1897 – 1717 SM
Tempat diutus (lokasi) : Kota al-Khalil (Hebron) di daerah
Kan’an (Kana’an)
Jumlah keturunannya (anak): 2 anak (termasuk Nabi Ya’qub
as/Israil)
Tempat wafat : Al-Khalil (Hebron)
Sebutan kaumnya : Bangsa Kan’an
di Al-Quran namanya disebutkan sebanyak : 17 kali

10. YA’QUB (Yakub/Israel/Israil) as
Nama : Ya’qub (Yakub/Israel) bin Ishaq (Ishak),
Garis Keturunan Adam as ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qainan ⇒
Mahlail ⇒ Yarid ⇒ Idris as ⇒ Mutawasylah ⇒ Lamak ⇒
Nuh as ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyadz ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒
Ra’u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Azar ⇒ Ibrahim as ⇒ Ishaq as ⇒
Ya’qub as
Usia : 147 tahun
Periode sejarah :1837 – 1690 SM
Tempat diutus (lokasi) : Syam (Syria/Siria)
Jumlah keturunannya (anak) : 12 anak laki-laki (Rubin,
Simeon, Lewi, Yahuda, Dan, Naftali, Gad, Asyir, Isakhar,
Zebulaon, Yusuf, dan Benyamin) dan 2 anak perempuan
(Dina dan Yathirah)
Tempat wafat : Al-Khalil (Hebron), Palestina
Sebutan kaumnya : Bangsa Kan’an
di Al-Quran namanya disebutkan sebanyak : 18 kali

11. YUSUF as
Nama : Yusuf bin Ya’qub (Yusuf bin Yakub)
Garis Keturunan : Adam as ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qainan ⇒
Mahlail ⇒ Yarid ⇒ Idris as ⇒ Mutawasylah ⇒ Lamak ⇒
Nuh as ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyadz ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒
Ra’u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Azar ⇒ Ibrahim as ⇒ Ishaq as ⇒
Ya’qub as ⇒ Yusuf as
Usia : 110 tahun
Periode sejarah : 1745 – 1635 SM
Tempat diutus (lokasi) : Mesir
Jumlah keturunannya (anak) : 3 anak (2 laki-laki, 1
perempuan)
Tempat wafat : Nablus
Sebutan kaumnya : Heksos dan Bani Israil
di Al-Quran namanya disebutkan sebanyak : 58 kali

12. SYU’AIB (Syuaib) as
Nama : Syu’aib (Syuaib) bin Mikail
Garis Keturunan : Adam as ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qainan ⇒
Mahlail ⇒ Yarid ⇒ Idris as ⇒ Mutawasylah ⇒ Lamak ⇒
Nuh as ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyadz ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒
Ra’u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Azar ⇒ Ibrahim as ⇒ Madyan ⇒
Yasyjur ⇒ Mikail ⇒ Syu’aib as
Usia : 110 tahun
Periode sejarah :1600 – 1490 SM
Tempat diutus (lokasi) : Madyan (di pesisir Laut Merah di
tenggara Gunung Sinai)
Jumlah keturunannya (anak) : 2 anak perempuan
Tempat wafat :Yordania
Sebutan kaumnya : Madyan dan Ashhabul Aikah
di Al-Quran namanya disebutkan sebanyak : 11 kali

13. AYUB (Ayyub) as
Nama : Ayub (Ayyub) bin Amush
Garis Keturunan Adam as ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qainan ⇒
Mahlail ⇒ Yarid ⇒ Idris as ⇒ Mutawasylah ⇒ Lamak ⇒
Nuh as ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyadz ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒
Ra’u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Azar ⇒ Ibrahim as ⇒ Ishaq as ⇒
al-‘Aish ⇒ Rum ⇒ Tawakh ⇒ Amush ⇒ Ayub as
Usia : 120 tahun
Periode sejarah :1540 – 1420 SM
Tempat diutus (lokasi) : Dataran Hauran
Jumlah keturunannya (anak) : 26 anak
Tempat wafat : Dataran Hauran
Sebutan kaumnya : Bangsa Arami dan Amori, di daerah
Syria dan Yordania
di Al-Quran namanya disebutkan sebanyak : 4 kali

14. DZULKIFLI (Zulkifli) as
Nama : Dzulkifli (Zulkifli) bin Ayub, nama aslinya Bisyr
(Basyar)
Garis Keturunan : Adam as ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qainan ⇒
Mahlail ⇒ Yarid ⇒ Idris as ⇒ Mutawasylah ⇒ Lamak ⇒
Nuh as ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyadz ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒
Ra’u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Azar ⇒ Ibrahim as ⇒ Ishaq as ⇒
al-‘Aish ⇒ Rum ⇒ Tawakh ⇒ Amush ⇒ Ayub as ⇒ Dzulkifli
as
Usia : 75 tahun
Periode sejarah : 1500 – 1425 SM
Tempat diutus (lokasi) : Damaskus dan sekitarnya
Jumlah keturunannya (anak) : –
Tempat wafat : Damaskus
Sebutan kaumnya : Bangsa Arami dan Amori (Kaum Rom),
di daerah Syria dan Yordania
di Al-Quran namanya disebutkan sebanyak : 2 kali

15. MUSA as
Nama : Musa bin Imran
Garis Keturunan : Adam as ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qainan ⇒
Mahlail ⇒ Yarid ⇒ Idris as ⇒ Mutawasylah ⇒ Lamak ⇒
Nuh as ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyadz ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒
Ra’u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Azar ⇒ Ibrahim as ⇒ Ishaq as ⇒
Ya’qub as ⇒ Lawi ⇒ Azar ⇒ Qahats ⇒ Imran ⇒ Musa as
Ibunya bernama: Yukabad (riwayat lain menyebutkan:
Yuhanaz Bilzal)
Usia : 120 tahun
Periode sejarah : 1527 – 1407 SM
Tempat diutus (lokasi) : Sinai di Mesir
Jumlah keturunannya (anak) : 2 anak ( Azir dan Jarsyun),
dari istrinya yang bernama Shafura (binti Nabi Syu’aib as)
Tempat wafat : Gunung Nebu (Bukit Nabu’) di Jordania
(sekarang)
Sebutan kaumnya : Bani Israil dan Fir’aun (gelar raja Mesir)
di Al-Quran namanya disebutkan sebanyak : 136 kali

16. HARUN as
Nama : Harun bin Imran, istrinya bernama Ayariha
Garis Keturunan : Adam as ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qainan ⇒
Mahlail ⇒ Yarid ⇒ Idris as ⇒ Mutawasylah ⇒ Lamak ⇒
Nuh as ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyadz ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒
Ra’u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Azar ⇒ Ibrahim as ⇒ Ishaq as ⇒
Ya’qub as ⇒ Lawi ⇒ Azar ⇒ Qahats ⇒ Imran ⇒ Harun as
Usia : 123 tahun
Periode sejarah : 1531 – 1408 SM
Tempat diutus (lokasi) : Sinai di Mesir
Jumlah keturunannya (anak) : –
Tempat wafat : Gunung Nebu (Bukit Nabu’) di Jordania
(sekarang)
Sebutan kaumnya : Bani Israil dan Fir’aun (gelar raja Mesir)
di Al-Quran namanya disebutkan sebanyak : 20 kali

17. DAUD (Dawud) as
Nama : Daud (Dawud, David) bin Isya
Garis Keturunan : Adam as ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qainan ⇒
Mahlail ⇒ Yarid ⇒ Idris as ⇒ Mutawasylah ⇒ Lamak ⇒
Nuh as ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyadz ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒
Ra’u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Azar ⇒ Ibrahim as ⇒ Ishaq as ⇒
Yahudza ⇒ Farish ⇒ Hashrun ⇒ Aram ⇒ Aminadab ⇒
Hasyun ⇒ Salmun ⇒ Bu’az ⇒ Uwaibid ⇒ Isya ⇒ Daud as
Usia : 100 tahun
Periode sejarah : 1063 – 963 SM
Tempat diutus (lokasi) : Palestina (dan Israil)
Keturunannya (anaknya) : Sulaiman (Sulaeman)
Tempat wafat : Baitul Maqdis (Yerusalem)
Sebutan kaumnya : Bani Israil
di Al-Quran namanya disebutkan sebanyak : 18 kali

18. SULAIMAN (Sulaeman) as
Nama : Sulaiman (Sulaeman, Sulayman) bin Daud (Dawud)
Garis Keturunan Adam as ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qainan ⇒
Mahlail ⇒ Yarid ⇒ Idris as ⇒ Mutawasylah ⇒ Lamak ⇒
Nuh as ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyadz ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒
Ra’u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Azar ⇒ Ibrahim as ⇒ Ishaq as ⇒
Yahudza ⇒ Farish ⇒ Hashrun ⇒ Aram ⇒ Aminadab ⇒
Hasyun ⇒ Salmun ⇒ Bu’az ⇒ Uwaibid ⇒ Isya ⇒ Daud as
⇒ Sulaiman as
Usia : 66 tahun
Periode sejarah : 989 – 923 SM
Tempat diutus (lokasi) : Palestina (dan Israil)
Keturunannya (anaknya) : Rahab’an (Ruhba’am/Rehabeam)
Tempat wafat : Baitul Maqdis (Yerusalem)
Sebutan kaumnya : Bani Israil
di Al-Quran namanya disebutkan sebanyak : 21 kali

19. ILYAS as
Nama : Ilyas bin Yasin
Garis Keturunan : Adam as ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qainan ⇒
Mahlail ⇒ Yarid ⇒ Idris as ⇒ Mutawasylah ⇒ Lamak ⇒
Nuh as ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyadz ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒
Ra’u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Azar ⇒ Ibrahim as ⇒ Ishaq as ⇒
Ya’qub as ⇒ Lawi ⇒ Azar ⇒ Qahats ⇒ Imran ⇒ Harun as
⇒ Alzar ⇒ Fanhash ⇒ Yasin ⇒ Ilyas as
Usia : 60 tahun
Periode sejarah : 910 – 850 SM
Tempat diutus (lokasi) : Ba’labak (daerah di Lebanon)
Jumlah keturunannya (anak) : –
Tempat wafat : Diangkat Allah ke langit
Sebutan kaumnya : Bangsa Fenisia
di Al-Quran namanya disebutkan sebanyak : 4 kali

20. ILYASA’ as
Nama : Ilyasa’ bin Akhthub
Garis Keturunan : Adam as ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qainan ⇒
Mahlail ⇒ Yarid ⇒ Idris as ⇒ Mutawasylah ⇒ Lamak ⇒
Nuh as ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyadz ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒
Ra’u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Azar ⇒ Ibrahim as ⇒ Ishaq as ⇒
Ya’qub as ⇒ Yusuf as ⇒ Ifrayim ⇒ Syutlim ⇒ Akhthub ⇒
Ilyasa’ as
Usia : 90 tahun
Periode sejarah : 885 – 795 SM
Tempat diutus (lokasi) : Jaubar, Damaskus
Jumlah keturunannya (anak) : –
Tempat wafat : Palestina
Sebutan kaumnya : Bangsa Arami dan Bani Israil
di Al-Quran namanya disebutkan sebanyak : 2 kali

21. YUNUS (Yunan/ Dzan nun) as
Nama : Yunus (Yunan) bin Matta binti Abumatta, Matta
adalah nama Ibunya ( catatan : Tidak ada dari para nabi yang
dinasabkan ke Ibunya, kecuali Yunus dan Isa)
Garis Keturunan : Adam as ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qainan ⇒
Mahlail ⇒ Yarid ⇒ Idris as ⇒ Mutawasylah ⇒ Lamak ⇒
Nuh as ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyadz ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒
Ra’u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Azar ⇒ Ibrahim as ⇒ Ishaq as ⇒
Ya’qub as ⇒ Yusuf as ⇒ Bunyamin ⇒ Abumatta ⇒ Matta
⇒ Yunus as
Usia : 70 tahun
Periode sejarah : 820 – 750 SM
Tempat diutus (lokasi) : Ninawa, Irak
Jumlah keturunannya (anak) : –
Tempat wafat : Ninawa, Irak
Sebutan kaumnya : Bangsa Asyiria, di utara Irak
di Al-Quran namanya disebutkan sebanyak : 5 kali

22. ZAKARIA (Zakariya) as
Nama : Zakaria (Zakariya) bin Dan
Garis Keturunan : Adam as ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qainan ⇒
Mahlail ⇒ Yarid ⇒ Idris as ⇒ Mutawasylah ⇒ Lamak ⇒
Nuh as ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyadz ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒
Ra’u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Azar ⇒ Ibrahim as ⇒ Ishaq as ⇒
Yahudza ⇒ Farish ⇒ Hashrun ⇒ Aram ⇒ Aminadab ⇒
Hasyun ⇒ Salmun ⇒ Bu’az ⇒ Uwaibid ⇒ Isya ⇒ Daud as
⇒ Sulaiman as ⇒ Rahab’am ⇒ Aynaman ⇒ Yahfayath ⇒
Syalum ⇒ Nahur ⇒ Bal’athah ⇒ Barkhiya ⇒ Shiddiqah ⇒
Muslim ⇒ Sulaiman ⇒ Daud ⇒ Hasyban ⇒ Shaduq ⇒
Muslim ⇒ Dan ⇒ Zakaria as
Usia :122 tahun
Periode sejarah : 91 SM – 31 M
Tempat diutus (lokasi) : Palestina
Jumlah keturunannya (anaknya) : 1 anak
Tempat wafat :Halab (Aleppo)
Sebutan kaumnya : Bani Israil
di Al-Quran namanya disebutkan sebanyak : 12 kali

23. YAHYA as
Nama : Yahya bin Zakaria
Garis Keturunan : Adam as ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qainan ⇒
Mahlail ⇒ Yarid ⇒ Idris as ⇒ Mutawasylah ⇒ Lamak ⇒
Nuh as ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyadz ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒
Ra’u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Azar ⇒ Ibrahim as ⇒ Ishaq as ⇒
Yahudza ⇒ Farish ⇒ Hashrun ⇒ Aram ⇒ Aminadab ⇒
Hasyun ⇒ Salmun ⇒ Bu’az ⇒ Uwaibid ⇒ Isya ⇒ Daud as
⇒ Sulaiman as ⇒ Rahab’am ⇒ Aynaman ⇒ Yahfayath ⇒
Syalum ⇒ Nahur ⇒ Bal’athah ⇒ Barkhiya ⇒ Shiddiqah ⇒
Muslim ⇒ Sulaiman ⇒ Daud ⇒ Hasyban ⇒ Shaduq ⇒
Muslim ⇒ Dan ⇒ Zakaria as ⇒ Yahya as
Usia : 32 tahun
Periode sejarah : 1 SM – 31 M
Tempat diutus (lokasi) : Palestina
Jumlah keturunannya (anaknya) : –
Tempat wafat : Damaskus
Sebutan kaumnya : Bani Israil
di Al-Quran namanya disebutkan sebanyak : 5 kali

24. ISA as
Nama : Isa bin Maryam binti Imran, Maryam adalah nama
Ibunya ( catatan : Tidak ada dari para nabi yang dinasabkan
ke Ibunya, kecuali Isa dan Yunus)
Garis Keturunan : Adam as ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qainan ⇒
Mahlail ⇒ Yarid ⇒ Idris as ⇒ Mutawasylah ⇒ Lamak ⇒
Nuh as ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyadz ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒
Ra’u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Azar ⇒ Ibrahim as ⇒ Ishaq as ⇒
Yahudza ⇒ Farish ⇒ Hashrun ⇒ Aram ⇒ Aminadab ⇒
Hasyun ⇒ Salmun ⇒ Bu’az ⇒ Uwaibid ⇒ Isya ⇒ Daud as
⇒ Sulaiman as ⇒ Rahab’am ⇒ Radim ⇒ Yahusafat ⇒ Barid
⇒ Nausa ⇒ Nawas ⇒ Amsaya ⇒ Izazaya ⇒ Au’am ⇒ Ahrif
⇒ Hizkil ⇒ Misyam ⇒ Amur ⇒ Sahim ⇒ Imran ⇒ Maryam
⇒ Isa as
Usia : 33 tahun
Periode sejarah : 1 SM – 32 M
Tempat diutus (lokasi) : Palestina
Jumlah keturunannya (anaknya) : –
Tempat wafat : Diangkat oleh Allah ke langit
Sebutan kaumnya : Bani Israil
di Al-Quran namanya disebutkan sebanyak : di dalam Al-
Qur’an nama Isa disebutkan sebanyak 21 kali, sebutan al-
Masih sebanyak 11 kali, dan sebutan Ibnu (Putra) Maryam
sebanyak 23 kali

25. MUHAMMAD saw
Nama : Muhammad bin Abdullah
Garis Keturunan Ayah : Adam as ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒
Qainan ⇒ Mahlail ⇒ Yarid ⇒ Idris as ⇒ Mutawasylah ⇒
Lamak ⇒ Nuh as ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyadz ⇒ Syalih ⇒ Abir
⇒ Falij ⇒ Ra’u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Azar ⇒ Ibrahim as ⇒
Ismail as ⇒ Nabit ⇒ Yasyjub ⇒ Ya’rub ⇒ Tairah ⇒ Nahur
⇒ Muqawwim ⇒ Udad ⇒ Adnan ⇒ Ma’ad ⇒ Nizar ⇒
Mudhar ⇒ Ilyas ⇒ Mudrikah ⇒ Khuzaimah ⇒ Kinanah ⇒
an-Nadhar ⇒ Malik ⇒ Quraisy (Fihr) ⇒ Ghalib ⇒ Lu’ay ⇒
Ka’ab ⇒ Murrah ⇒ Kilab ⇒ Qushay ⇒ Zuhrah ⇒ Abdu
Manaf ⇒ Hasyim ⇒ Abdul Muthalib ⇒ Abdullah ⇒
Muhammad saw
Garis Keturunan Ibu : Adam as ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qainan
⇒ Mahlail ⇒ Yarid ⇒ Idris as ⇒ Mutawasylah ⇒ Lamak ⇒
Nuh as ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyadz ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒
Ra’u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Azar ⇒ Ibrahim as ⇒ Ismail as ⇒
Nabit ⇒ Yasyjub ⇒ Ya’rub ⇒ Tairah ⇒ Nahur ⇒
Muqawwim ⇒ Udad ⇒ Adnan ⇒ Ma’ad ⇒ Nizar ⇒ Mudhar
⇒ Ilyas ⇒ Mudrikah ⇒ Khuzaimah ⇒ Kinanah ⇒ an-Nadhar
⇒ Malik ⇒ Quraisy (Fihr) ⇒ Ghalib ⇒ Lu’ay ⇒ Ka’ab ⇒
Murrah ⇒ Kilab ⇒ Qushay ⇒ Zuhrah ⇒ Abdu Manaf ⇒
Wahab ⇒ Aminah ⇒ Muhammad saw
Usia : 62 tahun
Periode sejarah : 570 – 632 M
Tempat diutus (lokasi) : Mekah al-Mukarramah
Jumlah keturunannya (anak) : 7 anak (3 laki-laki (Qasim,
Abdullah & Ibrahim) dan 4 perempuan (Zainab, Ruqayyah,
Ummi Kultsum & Fatimah az Zahrah)
Tempat wafat : Madinah an-Nabawiyah
Sebutan kaumnya : Bangsa Arab
di Al-Quran namanya disebutkan sebanyak : 25 kali secara
jelas

SEBARKAN SEBANYAKNYA....

Jumat, 01 Januari 2016

KAMUS DAPURKU: MENGENAL BERBAGAI MACAM TEPUNG

KAMUS DAPURKU: MENGENAL BERBAGAI MACAM TEPUNG: 1. TEPUNG TERIGU (WHEAT FLOUR) Dibuat dr biji gandum-wheat yg dikupas dan dihaluskan.dibedakan atas kandungan protein (gluten)nya. Gluten i...

Selasa, 13 Oktober 2015

“Panjang Jari Tangan Menentukan Kecerdasan?”

December 2nd, 2013 by aswadhmangalaeng

Menentukan seseorang cerdas atau tidak tanpa menguji otaknya memang tidaklah mudah. Apalagi jika hanya mengandalkan tampilan fisik. Seringnya kita mendapatkan fakta yang berseberangan. Seseorang dengan tampilan fisik menarik tak

berkorelasi positif dengan kemampuan otaknya yang cerdas. Demikian pula sebaliknya. Meski demikian, berdasarkan hasil penelitian ada bagian tubuh manusia yang bisa digunakan untuk mengungkapkan kecerdasan seseorang.

Mark Brosnan salah satu peneliti dari Universitas Bath mengungkapkan bahwa kecerdasan seseorang dapat dilihat dari perbandingan panjang jari manis dan jari telunjuknya. Seorang anak yang memiliki jari manis lebih panjang daripada jari telunjuk

cenderung memiliki kemampuan matematika lebih tinggi daripada kemampuan verbal dan bahasa. Jika perbandingan sebaliknya anak umumnya memiliki kemampuan verbal seperti menulis dan membaca yang lebih baik dari matematika. Panjang jari tangan

merefleksikan perkembangan bagian-bagian di otak.

Para ilmuwan telah lama mengetahui bahwa pertumbuhan jari-jari tangan manusia berbeda-beda tergantung hormon testosteron dan estrogen di dalam rahim saat bayi dikandung ibunya. Kadar testosteron yang tinggi diyakini mendukung perkembangan bagian otak yang berhubungan dengan matematika dan pandang ruang. Hormon itu pula yang menyebabkan jari manis tumbuh lebih panjang. Estrogen juga mendorong efek yang sama pada bagian otak, namun yang berhubungan dengan kemampuan verbal. Hormon ini mendukung pertumbuhan jari telunjuk, sehingga lebih panjang dari jari manis.

Untuk menguji hubungan kecerdasan dengan rasio panjang jari tangan, Brosnan dan koleganya membandingkan tes scholastic (SAT) semacam psikotes kepada calon siswa yang mendaftar sekolah dengan panjang cap jari setiap siswa yang telah diminta

sebelumnya. Mereka mengukur panjang jari-jari secara teliti menggunakan jangka sorong yang memiliki tingkat ketelitian 0,01 mm. Kemudian rasio panjang jari dicatat untuk memperkirakan perbandingan kadar testosteron dan estrogen.

Hasil tes siswa laki-laki dan perempuan dipisahkan. Mereka menemukan hubungan yang jelas antara tingginya paparan testosteron terlihat dari panjang jari manis yang lebih panjang daripada jari telunjuk dengan nilai uji matematika yang tinggi. Juga

tingginya paparan estrogen dengan kemampuan bahasa dan verbal pada sebagian anak perempuan. ”Rasio panjang jari memberikan kita gambaran mengenai kemampuan pribadi yang berhubungan dengan kognitif (daya pikir).” Ujar Brosnan yang akan

melaporkan temuannya dalam British Journal of Psychology.

Sumber : Harian pikiran rakyat, 31 Mei 2007

SEJARAH KALENDER HIJRIYAH

Oleh Ustadz Ammi Nur Baits* 
Dewan Pembina Konsultasi Syariah

Masyarakat Arab sejak masa silam, sebelum kedatangan Islam, telah menggunakan kalender qamariyah (kalender berdasarkan peredaran bulan). Mereka sepakat tanggal 1 ditandai dengan kehadiran hilal. Mereka juga menetapkan nama bulan sebagaimana yang kita kenal. Mereka mengenal bulan Dzulhijah sebagai bulan haji, mereka kenal bulan Rajab, Ramadhan, Syawal, Safar, dan bulan-bulan lainnya. Bahkan mereka juga menetapkan adanya 4 bulan suci: Dzulqa’dah, Dzulhijah, Shafar Awal (Muharam), dan Rajab. Selama 4 bulan suci ini, mereka sama sekali tidak boleh melakukan peperangan.

Hanya saja masyarakat jazirah Arab belum memiliki angka tahun. Mereka tahu tanggal dan bulan, tapi tidak ada tahunnya. Biasanya, acuan tahun yang mereka gunakan adalah peristiwa terbesar yang terjadi ketika itu. Kita kenal ada istilah tahun gajah, karena pada saat itu terjadi peristiwa besar, serangan pasukan gajah dari Yaman oleh raja Abrahah.Tahun Fijar, karena ketika itu terjadi perang Fijar. Tahun renovasi Ka’bah, karena ketika itu Ka’bah rusak akibat banjir dan dibangun ulang. Terkadang mereka juga menggunakan tahun kematian tokohnya sebagai acuan, semisal; 10 tahun setelah meninggalnya Ka’ab bin Luai.

Keadaan semacam ini berlangsung terus sampai zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Khalifah Abu Bakr radhiyallahu ‘anhu. Ketka itu, para sahabat belum memiliki acuan tahun. Acuan yang mereka gunakan untuk menamakan tahun adalah peristiwa besar yang terjadi ketika itu. Berikut beberapa nama tahun di masa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:

1. Tahun izin (sanatul idzni), karena ketika itu kaum muslimin diizinkan Allah untuk berhijrah ke Madinah.

2. Tahun perintah (sanatul amri), karena mereka mendapat perintah untuk memerangi orang musyrik.

3. Tahun tamhish, artinya ampunan dosa. Di tahun ini Allah menurunkan firmanNya, ayat 141 surat Ali Imran, yang menjelaskan bahwa Allah mengampuni kesalahan para sahabat ketika Perang Uhud.

4. Tahun zilzal (ujian berat). Ketika itu, kaum muslimin menghadapi berbagai cobaan ekonomi, keamanan, krisis pangan, karena perang khandaq. Dst.

(Arsyif Multaqa Ahlul Hadits, Abdurrahman al-Faqih, 14 Maret 2005)

Sampai akhirnya di zaman Umar bin Khattabradhiyallahu ‘anhu menjadi khalifah. Di tahun ketiga beliau menjabat sebagai khalifah, beliau mendapat sepucuk surat dari Abu Musa al-Asy’ari radhiyallahu ‘anhu, yang saat itu menjabat sebagai gubernur untuk daerah Bashrah (Irak). Dalam surat itu, Abu Musa mengatakan:

إنه يأتينا من أمير المؤمنين كتب، فلا ندري على أيٍّ نعمل، وقد قرأنا كتابًا محله شعبان، فلا ندري أهو الذي نحن فيه أم الماضي

“Telah datang kepada kami beberapa surat dari amirul mukminin, sementara kami tidak tahu kapan kami harus menindaklanjutinya. Kami telah mempelajari satu surat yang ditulis pada bulan Sya’ban. Kami tidak tahu, surat itu Sya’ban tahun ini ataukah tahun kemarin.”

Kemudian Umar mengumpulkan para sahabat, beliau berkata kepada mereka:

ضعوا للناس شيئاً يعرفونه

“Tetapkan tahun untuk masyarakat, yang bisa mereka jadikan acuan.”

Ada yang usul, kita gunakan acuan tahun bangsa Romawi. Namun usulan ini dibantah, karena tahun Romawi sudah terlalu tua. Perhitungan tahun Romawi sudah dibuat sejak zaman Dzul Qornain (Mahdhu ash-Shawab, 1:316, dinukil dari Fashlul Khithab fi Sirati Ibnul Khatthab,  Dr. Ali Muhammad ash-Shalabi, 1:150)

Kemudian disebutkan oleh al-Hakim dalam al-Mustadrak, dari Said bin al-Musayib, beliau menceritakan:

Umar bin Khattab mengumpulkan kaum muhajirin dan anshar radhiyallahu ‘anhum, beliau bertanya: “Mulai kapan kita menulis tahun?” Kemudian Ali bin Abi Thalib mengusulkan: “Kita tetapkan sejak Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam hijrah, meninggalkan negeri syirik.” Maksud Ali adalah ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam hijrah ke Madinah. Kemudian Umar menetapkan tahun peristiwa terjadinya Hijrah itu sebagai tahun pertama (al-Mustadrak 4287 dan dishahihkan oleh adz-Dzahabi).

Mengapa bukan tahun kelahiran Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam yang menjadi acuan?

Jawabannya disebutkan oleh al-Hafidz Ibnu Hajar sebagai berikut:

أن الصحابة الذين أشاروا على عمر وجدوا أن الأمور التي يمكن أن يؤرخ بها أربعة، هي مولده ومبعثه وهجرته ووفاته، ووجدوا أن المولد والمبعث لا يخلو من النزاع في تعيين سنة حدوثه، وأعرضوا عن التأريخ بوفاته لما يثيره من الحزن والأسى عند المسلمين، فلم يبق إلا الهجرة

Para sahabat yang diajak musyawarah oleh Umar bin Khatthab, mereka menyimpulkan bahwa kejadian yang bisa dijadikan acuan tahun dalam kalender ada empat: tahun kelahiran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, tahun ketika diutus sebagai rasul, tahun ketika hijrah, dan tahun ketika beliau wafat. Namun ternyata, pada tahun kelahiran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan tahun ketika beliau diutus, tidak lepas dari perdebatan dalam penentuan tahun peristiwa itu. Mereka juga menolak jika tahun kematian sebagai acuannya, karena ini akan menimbulkan kesedihan bagi kaum muslimin. Sehingga yang tersisa adalah tahun hijrah beliau (Fathul Bari, 7:268).

Abu Zinad mengatakan:

استشار عمر في التاريخ فأجمعوا على الهجرة

“Umar bermusyawarah dalam menentukan tahun untuk kalender Islam. Mereka sepakat mengacu pada peristiwa hijrah (Mahdzus Shawab, 1:317, dinukil dari Fashlul Khithab fi Sirati Ibnul Khatthab,  Dr. Ali Muhammad ash-Shalabi, 1:150)

Karena hitungan tahun dalam kalender Islam mengacu kepada hijrah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, selanjutnya kalender ini dinamakanKalender Hijriah.

Setelah mereka sepakat, perhitungan tahun mengacu pada tahun hijrah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, selanjutnya mereka bermusyawarah, bulan apakah yang dijadikan sebagai bulan pertama.

Pada musyawarah tersebut, Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu mengusulkan agar bulan pertama dalam kalender Hijriah adalah Muharam. Karena beberapa alasan:

a. Muharam merupakan bulan pertama dalam kalender masyarakat Arab di masa masa silam.

b. Di bulan Muharam, kaum muslimin baru saja menyelesaikan ibadah yang besar yaitu haji ke baitullah.

c. Pertama kali munculnya tekad untuk hijrah terjadi di bulan Muharam. Karena pada bulan sebelumnya, Dzulhijah, beberapa masyarakat Madinah melakukan Baiat Aqabah yang kedua.

(simak keterangan Ibn Hajar dalam Fathul Bari, 7:268)

Sejak saat itu, kaum muslimin memiliki kalender resmi, yaitu kalender hijriyah, dan bulan Muharam sebagai bulan pertama dalam kalender tersebut.

Allahu a’lam.

*Sumber:http://www.konsultasisyariah.com/sejarah-penetapan-kalender-hijriah/

Sabtu, 10 Oktober 2015

SAMARA BARA

📆 Sabtu, 26 Dzulhijjah 1436H / 10 Oktober 2015

🌄 KELUARGA SAMARA

📝 Pemateri: Ustz. EKO YULIARTI SIROJ

📋 “Karena Berkeluarga Adalah Fitrah”

🌿🌺🍂🍀🌼🍄🌷🍁🌹 

💝Ada Khadijah yang merindu. Merindukan sesuatu yang hilang dan mengharapkannya kembali.
Ada Muhammad yang gemilang. Pemilik sifat mulia, cerdik dan jujur, yang diminta Khadijah untuk membawa barang dagangan miliknya ke Syam ditemani seorang pembantu bernama Maisarah dan pulang membawa keuntungan yang berlimpah.

Khadijah sepeti menemukan barang yang hilang dan sangat ia harapkan itu. Sudah banyak pemuka kaum yang melamar Khadijah untuk menikahinya. Namun Khadijah tidak mau.

Tiba-tiba…ketika kafilah dagang Muhammad kembali dari negeri Syam dengan capaian yang fenomenal, ia teringan rekannya Nafisah binti Muniyah. Dia meminta rekannya ini untuk menemui Muhammad dan membuka jalan agar mau menikah dengan Khadijah.

Ternyata beliau menerima tawaran itu, lalu beliau meneui paman-pamannya untuk memohon restu. Kemudian paman-paman beliau menemui paman-paman Khadijah untuk mengajukan lamaran. Setelah semua dianggap beres, maka perkawinan siap dilaksanakan.

Dua bulan sepulang dari Syam, Bani Hasyim dan para pemuka Bani Mudhar menjadi saksi pernikahan agung itu. Dengan mas kawin dua puluh ekor unta muda, Muhammad menikahi Khadijah seorang perempuan terpandang, cantik, pandai, dan juga kaya.

Demikian Syaikh Shafiyurrahman Al-Mubarakfury menjelaskan pernikahan Muhammad dengan Khadijah dalam kitab siroh yang terkenal Ar-Rohiqul Makhtum.

💝Rasa itu tersimpan cukup lama dihati seorang pemuda bernama Ali bin Abi Thalib. Rasa yang muncul pertama kali saat Ali melihat Fathimah membersihkan luka sang ayah dengan penuh kasih sepulang sang ayah dari medan perang.

Remuk redam hati Ali saat ia tahu satu demi satu pemuka sahabat mengajukan lamaran kepada Rasulullah untuk menikahi putrinya.
Namun hati Ali kembali berbunga saat jawaban yang diberikan Rasulullah selalu saja “Dia (Fathimah) masih kecil.”

Bunga-bunga di hati Ali tak kunjung bertambah karena ia tidak memiliki keberanian untuk mengajukan lamaran kepada Rasul mulia.

Hingga suatu hari Abu Bakar RA mendatanginya dan menanyakan mengapa ia tidak mengajukan lamaran kepada Fathimah putri Rasulullah SAW. Antara bahagia karena Abu Bakar begitu kuat mendorongnya untuk menikah dan tidak percaya diri karena tidak memiliki apa-apa, Ali mengambil sebuah keputusan berani. Ya…ia akan menemui Rasulullah SAW.

Ummu Salamah yang saat Ali mendatangi Rasulullah sedang berada di rumahnya menceritakan dengan agak detil bagaimana pertemuan Ali dan Rasulullah berlangsung.

Rona merah muka Ali karena malu, bicara gugup sambil tertunduk, wajah Rasulullah yang berbinar bahagia menerima pinangan Ali, dikisahkan Ummu Salamah dengan begitu lengkap.

Bahkan kondisi ekonomi Ali yang dipaparkan dengan jujur dan didiskusikan bersama Rasulullah menambah indahnya perjalanan Ali memulai berkeluarga. Seekor unta, sebilah pedang dan seperangkat baju besi, hanya itu yang dimiliki Ali. Dan Rasulullah memilih baju besi sebagai mahar Ali untuk menikahi Fathimah.

🍂 Berkeluarga memang fitrah setiap manusia baik laki-laki maupun perempuan. Fitrah yang salah satu maknanya dijelaskan oleh Imam Al-Qurthuby dalam tafsirnya sebagai khilqoh; anugerah pemberian Allah SWT. 

Dan setiap orang memiliki anugerah itu. Anugerah kecenderungan untuk memiliki pasangan dan berketurunan.

Islam adalah agama fitrah, dan manusia diciptakan Allah SWT  dengan fitrah ini. Karenanya Allah SWT memerintahkan manusia untuk menghadapkan diri mereka ke agama fitrah agar kehidupan yang dijalani sesuai dengan fitrah yang Allah anugerahkan dan tidak terjadi penyelewengan dan penyimpangan.

فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا ۚ فِطْرَتَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا ۚ لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ۚ ذَٰلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ

“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam), (sesuai) fitrah Allah, disebabkan Dia telah menciptakan manusia menurut (fitrah) itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” [Ar-Ruum : 30]

💡Ibnu Abdul Bar seperti yang dikutip Al-Qurthuby dalam tafsirnya menjelaskan bahwa fitrah ini harus dijaga agar ia salamah dan istiqomah (selamat dan tetap lurus/konsisten). Yang membuat ia selamat dan lurus adalah dengan mengikuti petunjuk-petunjuk Allah yaitu dienul Islam.

🍂Adakah fitrah yang yang tidak selamat & berbelok?
Hadits Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah RA berikut menjadi jawabannya.

مَا مِنْ مَوْلُودٍ إِلاَّ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُننَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ

“Tidak ada bayi yang dilahirkan kecuali ia dilahirkan dalam keadaan fitrah. Maka kedua orangtuanya yang menjadikan ia Yahudi, Nasrani atau Majusi.” (HR Bukhari)

Para ulama menyebutkan bahwa secara khusus yang dimaksud dengan fitrah dalam hadits ini adalah setiap bayi yang dilahirkan memiliki pengetahuan tentang Robb-nya. Maka saat manusia tumbuh menjadi dewasa, pengetahuan tentang Robb ini sangat ditentukan oleh lingkungan tempat ia tumbuh.
Dan lingkungan terdekat dari seseorang adalah ORANG TUA nya.

Diantara fitrah (dalam pemahaman yang lebih umum) yang dimiliki manusia adalah keinginan dan kebutuhan untuk menikah dan berkeluarga. Bahkan para nabi dan rasul sebagai makhluk Allah yang normal, mereka menikah dan berkeluarga. Karena berkeluarga adalah kebutuhan, maka Allah memberikan kemudahan dalam pelaksanaannya. 

Lihatlah kisah diatas, bagaimana kecenderungan untuk menikah itu bermula dari Khadijah dan ia membuka jalan sedikit demi sedikit untuk mengupayakannya.

Tidak ada aib disana karena ia merencanakan dan menjalani perencanaan dengan sangat rapi tanpa melanggar aturan. Bahkan urusan usia sang calon istri yang jauh diatas calon suami tidak menjadi penghalang untuk berkeluarga.

🔑 Karena menikah adalah fitrah, maka jalan ke arahnya harus sesuai dengan aturan Allah.

Pun demikian dengan jalan yang ditempuh Ali bin Abi Thalib. Karena menikah itu fitrah, ia beranikan diri menghadap Rasulullah untuk meminang putrinya dengan kondisi Ali yang serba minim.

Tapi lihatlah bagaimana respon Rasulullah SAW? Beliau begitu bahagia, menerima lamaran Ali dengan wajah cerah ceria. Karena walau kondisi ekonominya minim, tapi Ali memiliki banyak keutamaan yang tidak dimiliki sahabat lain. Rasulullah bahagia…karena MENIKAH ITU FITRAH.🔍

🍂Dalam urusan MAHAR, Islam juga memberi kemudahan.
Ada Rasulullah Muhammad yang menikahi Khadijah dengan mahar dua puluh ekor unta muda. Nilai yang sangat besar bahkan untuk situasi saat ini. Karena unta muda (unta merah) adalah unta yang harganya paling mahal.

Ada Ali bin Abi Thalib yang menikahi Fathimah binti Rasulullah dengan mahar seperangkat baju besi senilai 40 dirham menurut sebagian riwayat.

Keduanya berjalan lancar dan mengantarkan mereka kepada pembentukan keluarga harmonis yang penuh berkah hingga anak cucu, kaum kerabat bahkan para sahabatnya.

Tidak ada yang memberatkan dalam mahar, karena menikah dan berkeluarga adalah fitrah.  
Fitrah berkeluarga antara laki-laki dan perempuan.

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

“Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”
(Q.S. Al Hujurat Ayat 13)

Sepanjang sejarah manusia, Allah SWT seolah menegaskan bahwa sesuai dengan fitrah pernikahan dan pembentukan keluarga dilakukan antara laki-laki dan perempuan. Ada Adam dan Hawa, ada Ibrahim dan Hajar, ada Yusuf dan Zulaikha, ada Muhammad dan Khadijah.

Dan Allah SWT memberikan contoh bagi umat manusia bagaimana akhir cerita suatu kaum yang keluar dari fitrah yang Allah anugerahkan. Kaum nabi Luth adalah sebuah contoh, bagaimana perilaku menyimpang yang mereka lakukan justru mengundang adzab yang sangat besar dari Allah SWT. (silakan pelajari surat Huud ayat 77-82).

Hari ini, kita menghadapi sebuah gelombang besar. 🔹Gelombang yang mengajak manusia untuk meninggalkan fitrahnya. 🔹Gelombang yang menuntut agar penyimpangan fitrah yang dilakukan segelintir orang bukan diobati tetapi dipermaklumkan atas nama hak asasi manusia. 🔹Gelombang yang akan meruntuhkan tatanan berkeluarga dan bermasyarakat itu dipaksakan untuk diterima oleh semua kalangan di semua Negara karena mereka menitipkan suaranya kepada komisi perempuan PBB.

Mereka kaum lesbi, gay, biseksual dan transjender (LGBT) menuntut agar perilaku menyimpang mereka diakui tidak hanya oleh masyarakat akan tetapi diakui oleh Negara.

Pernahkah kita membayangkan sebuah keluarga yang terdiri dari dua orang laki-laki dewasa atau dua orang perempuan dewasa dan seorang atau dua orang anak (adopsi) hidup ditengah masyarakat kita?

Keluarga yang tanpa perlu berfikir panjang bisa memutuskan ikatannya dan membentuk keluarga baru? Keluarga yang tak memiliki orientasi dan tujuan yang jelas untuk apa mereka bersama-sama?  Apakah dari keluarga model ini akan hadir sakinah, mawaddah dan rahmah?

Tentu saja 🔊..TIDAK..🔊 karena berkeluarga memiliki ruh dimensi waktu yang sangat panjang. Bukan hanya saat mereka ada bahkan saat mereka telah tiada keluarga menjadi teladan bagi generasi selanjutnya seperti keluarga Ibrahim AS dan keluarga Muhammad SAW yang hingga kini kita sebut keduanya dalam shalawat kita.

Maka berhati-hatilah terhadap gerakan yang dilakukan kelompok ini yang upayanya merambah kehidupan kita terutama dilakukan dengan menggunakan media.

Film yang ditonton anak-anak kita tanpa menyebutkan identitas yang jelas seperti sponge bob atau teletubbies.

Artis atau comedian laki-laki yang penampilannya gemulai seperti perempuan.
Olah raga berat yang dilakukan oleh kaum perempuan seperti gulat, tinju, angkat besi, dll.

Jika tidak dihentikan, maka gelombang itu akan merasuk ke dalam masyarakat kita.

Naudzu billah tsumma naudzu billah.

🌿🌺🍂🍀🌼🍄🌷🍁🌹

🌼Dipersembahkan oleh grup WA - MANIS - MAJELIS IMAN ISLAM 🌼

- Twitter: @GrupMANIS
- Blog: www.grupmanis.blogspot.com

💼 Sebarkan! Raih pahala...

Kamis, 08 Oktober 2015

Bulan Allah, Muharrom.

Materi pagi 👇ya

📆 Kamis, 24 Dzulhijjah 1436H / 08 Oktober 2015

🌄 TSAQOFAH ISLAMIYAH

📝 Pemateri: DR. WIDO SUPRAHA

📜 MUHARRAM BULAN ALLAH, BUKAN BULAN SIAL APALAGI BULAN SYIAH!

🌿🌺🍂🍀🌼🍄🌷🍁🌹 

Muharram, Syahrullah, bulan Allah, segera tiba.

Bulan penuh keutamaan amal shalih seperti puasa, berarti keutamaan juga untuk amal shalih lainnya seperti resepsi pernikahan, sunatan, aqiqah, perjalanan jauh, dan sejenisnya.

Generasi terbaik umat Islam telah mengisi bulan Muharram dengan memperbanyak amal shalih, dan menjaga diri mereka dari berperang kecuali jika diperangi musuh.

Allah Swt. telah berfirman,

إِنَّ عِدَّةَ ٱلشُّہُورِ عِندَ ٱللَّهِ ٱثۡنَا عَشَرَ شَہۡرً۬ا فِى ڪِتَـٰبِ ٱللَّهِ يَوۡمَ خَلَقَ ٱلسَّمَـٰوَٲتِ وَٱلۡأَرۡضَ مِنۡہَآ أَرۡبَعَةٌ حُرُمٌ۬‌ۚ ذَٲلِكَ ٱلدِّينُ ٱلۡقَيِّمُ‌ۚ فَلَا تَظۡلِمُواْ فِيہِنَّ أَنفُسَڪُمۡ‌ۚ وَقَـٰتِلُواْ ٱلۡمُشۡرِڪِينَ كَآفَّةً۬ ڪَمَا يُقَـٰتِلُونَكُمۡ ڪَآفَّةً۬‌ۚ وَٱعۡلَمُوٓاْ أَنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلۡمُتَّقِينَ (٣٦)

Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram.

Itulah [ketetapan] agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya; dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa. (Q.S. At-Taubah/9:36)

Abu Muhammad Makki ibn Abi Thalib Hammusy ibn Muhammad ibn Mukhtar Al-Qaisi al-Qairawani al-Andalusi al-Qurthubi al-Maliki (355-437H) berkata,
“Empat bulan yang dimaksud dalam ayat di atas adalah Rajab, Dzulqa’dah, Dzulhijjah, dan Muharram”.

وهن: رجب، وذو القعدة، وذو الحجة والمحرم

(Al Hidayah ila Bulugh an-Nihayah fi ‘Ilmi Ma’ani al-Qur’an wa Tafsiruhu, wa Ahkamuhu wa Jamalu min Fununi ‘Ulumihi, Maktabah Syamilah).

Hal ini juga telah dijelaskan Nabi Saw. dalam salah satu khutbahnya,

“Sesungguhnya zaman  telah bergulir seperti saat hari ketika diciptakannya langit dan bumi. Satu tahun terdiri atas 12 bulan, dan di antaranya ada 4 bulan haram, 3 bulan berturutan yakni Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram, dan kemudian bulan Rajab yang berada di antara Jumadil Akhir dan Sya’ban. (HR. Bukhari No. 59, HR. Muslim No. 1679)

إن الزمان قد استدار كهيئته يوم خلق السموات والأرض، السنة اثنا عشر شهراً منها أربعة حرم ثلاث متواليات ذو القعدة وذو الحجة والمحرم، ورجب مضر الذي بين جمادى وشعبان

Muhammad ibn ‘Abdurrahman ibn Muhammad ibn ‘Abdullah al-Husni al-Ihabi asy-Syafi’i (832-905H) mengutip pendapat sebagian ulama bahwa larangan untuk berbuat aniaya (kezhaliman) pada ‘فيهن’ merujuk kepada ‘اثنا عشر شهراً’ dimaksud, sehingga tidak terbatas pada empat bulan saja.

Demikian tegas larangan tersebut disampaikan agar manusia mengisi seluruh bulan dengan ketaatan.

والطاعة فيها أعظم أجراً

Dan ketaatan yang dilakukan di bulan haram, sangat besar pahalanya. (Tafsir al-Iji Jami’ al-Bayan fi Tafsir al-Qur’an, Maktabah Syamilah)

🔑Jika ketaatan yang diamalkan di bulan Muharram akan mendapatkan pahala yang besar, maka penyimpangan keyakinan dan kemaksiatan yang dilakukan di dalamnya pun mendapatkan balasan yang besar.

Tidak pantas bagi manusia
mengisinya dengan keyakinan bahwa bulan Muharram adalah bulan sial, sebagaimana tidak pantas bagi manusia untuk menganiaya dirinya di bulan suci.

Meyakini segala waktu, terlebih bulan Allah, sebagai waktu yang akan melahirkan kesialan adalah keyakinan batil yang akan menyakiti Allah Swt.

Rasul Saw. bersabda, “Janganlah kalian mencela waktu karena Allah Dialah (pencipta) Ad-Dahr. (HR. Muslim No. 5827)

لاَ تَسُبُّوا الدَّهْرَ؛ فَإِنَّ اللهَ هُوَ الدَّهْرُ

Sebagaimana Allah Swt telah berfirman dalam sebuah hadits Qudsi:

“Anak Adam telah menyakiti-Ku; ia mencela dahr (waktu), padahal Aku adalah (pencipta) dahr.
Di tangan-Ku segala perkara, Aku memutar malam dan siang.” (HR. Bukhari No. 2042, Muslim No. 3326)

يؤذيني ابن آدم يسب الدهر، وأنا الدهر، بيدي الأمر أقلب الليل والنهار

Demikian juga dengan beramal, terlebih beramal di bulan Allah dengan amalan yang bersifat menganiaya diri, melukainya, bahkan menyebabkan kecacatannya, hingga kematiannya, sebagaimana perilaku sebagian Syi’ah, bukanlah ciri umat Nabi Muhammad Saw, merujuk peringatan beliau:

“Bukanlah golongan kami sesiapa yang menampar pipi, merobek-robek kantong baju, dan beramal dengan amal jahiliyah”. (HR. Bukhari No. 1294, Muslim No. 103)

لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَطَمَ الْخُدُودَ وَشَقَّ الْجُيُوبَ وَدَعَا بِدَعْوَى الْجَاهِلِيَّة

💡🔑 Menjaga iman agar tetap berada dalam pemahaman yang lurus, dan menghidupkan amal agar selalu merujuk kepada ilmu adalah hal yang asasi dalam kehidupan dunia.

Semoga hal itu mudah bagi kita.

🌿🌺🍂🍀🌼🍄🌷🍁🌹

🌼Dipersembahkan oleh grup WA - MANIS - MAJELIS IMAN ISLAM 🌼

- Twitter: @GrupMANIS
- Blog: www.grupmanis.blogspot.com

💼 Sebarkan! Raih pahala...

📆 Senin, 06 Muharram 1437H / 19 Oktober 2015

📚 FIKIH DAN HADITS

📝 Pemateri: Ust. FARID NU'MAN HASAN SS.

📋 Puasa Sunah ‘Asyura: Waktu dan Keutamaannya (Bag-2)

🌿🌺🍂🍀🌼🍄🌷🍁🌹

📚 KAPANKAH PELAKSANAANYA?

Terjadi perselisihan pendapat para ulama.

🍃1⃣  Pihak   yang mengatakan 9 Muharam (Ini diistilahkan oleh sebagian ulama hari tasu’a).

Dari Al Hakam bin Al A’raj, dia berkata kepada Ibnu Abbas:

أَخْبِرْنِي عَنْ يَوْمِ عَاشُورَاءَ أَيُّ يَوْمٍ هُوَ أَصُومُهُ قَالَ إِذَا رَأَيْتَ هِلَالَ الْمُحَرَّمِ فَاعْدُدْ ثُمَّ أَصْبِحْ مِنْ التَّاسِعِ صَائِمًا قَالَ فَقُلْتُ أَهَكَذَا كَانَ يَصُومُهُ مُحَمَّدٌ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ نَعَمْ

“Kabarkan kepada aku tentang puasa ‘Asyura.” Ibnu Abbas berkata: “Jika kau melihat hilal muharam hitunglah dan jadikan hari ke-9 adalah berpuasa.” Aku berkata; “Demikiankah puasanya Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam?”  Ibnu Abbas menjawab: “Ya.” (HR. Muslim No. 1133, Ahmad No. 2135)

Juga  dari Ibnu Abbas Radhiallahu ‘Anhuma, katanya:

حِينَ صَامَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّهُ يَوْمٌ تُعَظِّمُهُ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَإِذَا كَانَ الْعَامُ الْمُقْبِلُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ صُمْنَا الْيَوْمَ التَّاسِعَ قَالَ فَلَمْ يَأْتِ الْعَامُ الْمُقْبِلُ حَتَّى تُوُفِّيَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

“Ketika Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berpuasa pada hari ‘Asyura dan dia memerintahkan manusia untuk berpuasa pada hari itu, para sahabat berkata:

“Wahai Rasulullah, sesungguhnya ini adalah hari yang diagungkan oleh Yahudi dan Nashrani ….,”

Maka dia bersabda: “Jika datang tahun yang akan datang – Insya Allah- kita akan berpuasa pada hari ke-9.”
Ibnu Abbas berkata: “Sebelum datangnya tahun yang akan datang, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah wafat.” (HR. Muslim No. 1134 dan Abu Daud No. 2445)

Sementara dalam lafaz lainnya:

لئن سلمت إلى قابل لأصومن اليوم التاسع

“Jika saya benar-benar masih sehat sampai tahun depan, maka saya akan berpuasa pada hari ke-9.” (HR. Muslim No. 1134. Ibnu Majah No. 1736. Al Baihaqi, As Sunan Al Kubra No. 8185. Ahmad No. 1971)

Dalam Shahih Muslim disebutkan tentang puasa hari ke-9:

وفي رواية أبي بكر: قال: يعني يوم عاشوراء

“Dalam riwayat Abu Bakar, dia berkata: yakni hari ‘Asyura.” (HR. Muslim No. 1134)

Dari Ibnu Abbas secara marfu’:

لئن عشت إلي قابل لأصومن التاسع يعني يوم عاشوراء

“Jika saya masih hidup sampai tahun depan, saya akan berpuasa pada hari ke -9, yakni ‘Asyura.” (HR. Ahmad No. 2106, Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan: sanadnya qawwi. Musnad Ibnu Al Ja’d No. 2827)

🍃2⃣ Pihak   yang mengatakan 10 Muharam, dan ini pendapat mayoritas ulama. Puasa ‘Asyura, sesuai asal katanya – al ‘asyr – yang berarti sepuluh.

Berkata Al Hafizh Ibnu Hajar Rahimahullah:

واختلف أهل الشرع في تعيينه فقال الأكثر هو اليوم العاشر ، قال القرطبي عاشوراء معدول عن عاشرة للمبالغة والتعظيم ، وهو في الأصل صفة لليلة العاشرة لأنه مأخوذ من العشر

“Telah berselisih pendapat para ahli syariat tentang waktu spesifiknya, kebanyakan mengatakan adalah hari ke sepuluh. Berkata Al Qurthubi ‘Asyura disetarakan dengan kesepuluh untuk menguatkan dan mengagungkannya.

Pada asalnya dia adalah sifat bagi malam yang ke sepuluh, karena dia ambil dari kata al ‘asyr (sepuluh).” (Fathul Bari, 6/280)

Lalu beliau melanjutkan:

وعلى هذا فيوم عاشوراء هو العاشر وهذا قول الخليل وغيره : وقال الزين ابن المنير : الأكثر على أن عاشوراء هو اليوم العاشر من شهر الله المحرم

“Oleh karena itu, hari ‘Asyura adalah ke sepuluh, inilah pendapat Al Khalil dan lainnya. Berkata Az Zain bin Al Munir, “ mayoritas mengatakan bahwa ‘Asyura adalah hari ke 10 dari bulan Allah, Al Muharram. (Ibid)

Pendapat   ini berdasarkan riwayat dari Ibnu Abbas Radhiallahu ‘Anhuma, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

أمرنا رسول الله صلى الله عليه وسلم بصيام عاشوراء يوم العاشر

“Kami diperintahkan puasa ‘Asyura oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, hari ke sepuluh.” (HR. At Tirmidzi No. 755, katanya: hasan shahih. Syaikh Al Albani menshahihkan dalam Shahih wa Dhaif Sunan At Tirmidzi No. 755)

Lalu, bagaimana dengan dalil-dalil yang dikemukakan oleh pihak yang mengatakan ‘Asyura adalah tanggal 9 Muharam?

Al Hafizh Ibnu Hajar memberikan penjelasan: “Zahirnya hadits ini menunjukkan hari ‘Asyura adalah hari ke-9, tetapi berkata Az Zain bin Al Munir: “Sabdanya jika datang hari ke sembilan” maka jadikanlah  ke sepuluh, dengan maksud yang ke sepuluh karena janganlah seseorang berpuasa pada hari ke-9 kecuali setelah berniat pada malam yang akan datang yaitu malam ke sepuluh.”  Lalu beliau mengatakan:

  قلت : ويقوي هذا الاحتمال ما رواه مسلم أيضا من وجه آخر عن ابن عباس أن النبي صلى الله عليه وسلم قال " لئن بقيت إلى قابل لأصومن التاسع فمات قبل ذلك " فإنه ظاهر في أنه صلى الله عليه وسلم كان يصوم العاشر وهم بصوم التاسع فمات قبل ذلك ، ثم ما هم به من صوم التاسع يحتمل معناه أنه لا يقتصر عليه بل يضيفه إلى اليوم العاشر إما احتياطا له وإما مخالفة لليهود والنصارى وهو الأرجح

“Aku berkata: yang menguatkan tafsiran ini adalah apa yang diriwayatkan oleh Muslim juga dari jalan lain, dari Ibnu Abbas bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “jika saya masih ada sampai tahun depan saya akan berpuasa pada hari ke-9, dan dia wafat sebelum itu.”

Pada zahir hadits ini menunjukkan bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berpuasa pada hari ke-10, dan   meraka diperintah  melakukannya pada hari ke-9 dan dia wafat sebelum itu. Kemudian apa yang mereka lakukan berupa puasa hari ke-9, tidaklah bermakna membatasi, bahkan menambahkan hingga hari ke -10, baik karena kehati-hatian, atau demi untuk menyelisihi orang Yahudi dan Nasrani. Inilah pendapat yang lebih kuat.” (Ibid)

Sebenarnya kelompok ini tidaklah mengingkari puasa hari ke-9. Beliau mengutip dari para ulama:

وقال بعض أهل العلم : قوله صلى الله عليه وسلم في صحيح مسلم " لئن عشت إلى قابل لأصومن التاسع " يحتمل أمرين ، أحدهما أنه أراد نقل العاشر إلى التاسع ، والثاني أراد أن يضيفه إليه في الصوم ، فلما توفي صلى الله عليه وسلم قبل بيان ذلك كان الاحتياط صوم اليومين

“Berkata sebagian ulama: Sabdanya Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam Shahih Muslim: Jika aku masih hidup sampai tahun depan maka aku akan berpuasa pada hari ke -9” bermakna dua hal;

Pertama, yaitu perubahan dari hari ke-10 menjadi ke-9.
Kedua, yaitu puasanya ditambahkan.

Ternyata Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam keburu meninggal sebelum menjelaskan hal itu, maka demi kehati-hatian puasa tersebut ada dua hari.” (Ibid)

Berkata Ibnu Abbas secara mauquf:

صوموا التاسع والعاشر وخالفوا اليهود

“Berpuasalah pada hari ke 9 dan 10 dan berselisihlah dengan Yahudi.” (HR. Ahmad No. 3213, sanadnya shahih mauquf/sampai Ibnu Abbas saja)

🍃3⃣ Pihak yang mengatakan puasa ‘Asyura itu adalah 9, 10, dan 11 Muharam.

Syaikh Sayyid Sabiq Rahimahullah menulis dalam kitab Fiqhus Sunnah sebuah sub bab berjudul :

صيام محرم، وتأكيد صوم عاشوراء ويوما قبلها، ويوما بعدها

“Puasa Muharam dan ditekankan puasa ‘Asyura, dan Puasa sehari sebelumnya, serta sehari sesudahnya.” (Fiqhus Sunnah, 1/450. Darul Kitab ‘Arabi)

Sama dengan kelompok kedua, hal ini demi kehati-hatian agar tidak menyerupai puasa Yahudi yang mereka lakukan pada hari ke-10, sebagai perayaan mereka atas bebasnya Nabi Musa ‘Alaihissalam dan bani Israel dari kejaran musuhnya.

Dalilnya adalah dari Ibnu Abbas Radhiallahu ‘Ahuma secara marfu’:

صوموا يوم عاشوراء وخالفوا اليهود ، صوموا يوما قبله أو يوما بعده

“Puasalah pada hari ‘Asyura dan berselisihlah dengan Yahudi, dan berpuasalah sehari sebelumnya dan sehari sesudahnya.” (HR. Ahmad No. 2154, namun Syaikh Syu’aib Al Arna’uth mengatakan sanadnya dhaif)

Berkata Al Hafizh Ibnu Hajar Rahimahullah –setelah merangkum semua dalil yang ada:

وعلى هذا فصيام عاشوراء على ثلاث مراتب : أدناها أن يصام وحده ، وفوقه أن يصام التاسع معه ، وفوقه أن يصام التاسع والحادي عشر والله أعلم .

“Oleh karena itu, puasa ‘Asyura terdiri atas tiga tingkatan:

🍂1. Paling rendah yakni berpuasa sehari saja (tanggal 10).

🍂2. Puasa hari ke-9 dan ke-10.

🍂3.  Paling tinggi   puasa hari ke-9, 10, dan ke-11.

(Ibid. lihat juga Fiqhus Sunnah, 1/450)

Wallahu A’lam

🌿🌺🍂🍀🌼🍄🌷🍁🌹

🌼Dipersembahkan oleh grup WA - MANIS - MAJELIS IMAN ISLAM 🌼

- Twitter: @GrupMANIS
- Web: www.iman-islam.com

📝 Pendaftaran: Klik http://goo.gl/forms/Dx2XkQ0Jtb

💼 Sebarkan! Raih pahala...