Label

Minggu, 26 Agustus 2012

Perahu Kertas


surat Kugy untuk Keenan ...



Gue selalu berusaha ngejar dunia lo. Tapi lo bukan cuma lari, lo tuh terbang. Dan lo suka lupa, gue masih di Bumi. Kaki gue masih di tanah. Gimana kita terus jalan kalo tempat kita berpijak aja beda.”
(Ojos: Tiga Kata Saja _ 147)


Bagaimana hampa bisa menyakitkan? Hampa harusnya berarti tidak ada apa-apa. Tidak ada apa-apa harusnya berarti tidak ada masalah. Termasuk rasa sakit.”
(Keenan: Hampa Yang Menyakitkan _ 182)

Sepertinya langit ini kosong. Tapi, kita tahu, langit tidak pernah kosong. Ada banyak bintang. Bahkan tidak terhingga banyaknya. Langit ini Cuma tertutup awan. Jika kita bisa menyibak awan-awan itu, kita akan menemukan banyak sekali bintang. Dan dari sekian banyak bintang, akan ada satu yang berjodoh dengan kita.”
(Luhde: Menangkap Bintang _ 206)
Kadang-kadang langit bisa kelihatan seperti lembar hitam yang kosong. Padahal sebenarnya tidak. Bintang kamu tetap ada disana. Bumi hanya sedang berputar.”
(Luhde: Bumi pun Berputar _ 260)

Kenangan itu cuma hantu di sudut pikir. Selama kita cuma diam dan nggak berbuat apa-apa, selamanya dia tetap jadi hantu. Nggak akan jadi kenyataan.”
(Luhde: Hadiah dari Hati _ 221)


And my bitter pill to swallow is the silence that I keep, that poisons me. I can’t swim free, the river is too deep. I am no worse in love with your ghost, in love with your ghost..”  226


Selasa, 07 Agustus 2012

momentum semu


Sambil menunggu, izinkan aku berkelakar mengenai kamu dan sayap. Kamu terobsesi dengan segala makhluk bersayap.  Aku ingin percaya kamu cukup cerdas untuk tidak mencoba terbang kemari. Kalaupun itu bisa terjadi, aku khawatir kamu mati lemas di jalan lalu jatuh ke laut. Dimakan hiu. Dan jadilah kalian hibrida yang luar biasa. Manusia bersayap di dalam perut makhluk bersirip berinsang.

Kamu membuatku percaya ada poin tambahan jika memperlakukan hidup seperti arena balap lari. Namun imanku pada arena itu luruh dalam satu malam karena kegagalanmu mencapai garis finish. Lihatlah detik itu, jarum jam itu, momentum yang tak lagi berarti di detik pertama kamu gagal mengucapkan apa yang harusnya kamu ucapkan.

Aku tidak tahu kemalangan jenis apa yang menimpa kamu, tapi aku ingin percaya ada insiden yang cukup dahsyat di dunia serba seluler ini hingga kamu tidak bisa menghubungiku. Mungkin matahari lupa ingatan lalu keasyikan terbenam atau terlambat terbit? Bahkan kiamat pun hanya bicara tentang arah yang terbalik, bukan perubahan jadwal.

Satu waktu nanti, saat kamu berhenti percaya manusia bisa punya sayap selain lempeng besi yang didorong mesin jet, saat kamu berhenti percaya hidup lebih bermakna bila ada wasit menyalakan aba-aba “1,2,3”, kamu boleh terus percaya bahwa kemarin... besok... lusa... dan hari-hari sesudah itu... aku masih disini. Menunggu kamu mengucapkan apa yang harusnya kamu ucapkan.

... tengah malamnya lewat sudah...
Tiada kejutan tersisa...
Aku terlunta, tanpa sarana,,
Saluran tuk ku bicara..

Mundurlah, wahai waktu ...
Ada selamat ulang tahun
Yang tertahan tuk kuucapkan
Yang harusnya tiba tepat waktunya
Dan rasa cinta yang slalu membara
Untuk dia yang terjaga menantiku...