Dalam serial drama korea pasta pernah dikkatakan bahwa seorang asisten dapur yg tugasnya Cuma disuruh-suruh
ambil ini-itu atau tukang bersih-bersih itu bagaikan jari kelingking.. walau
kecil, kalau digigit dia juga akan teriak kesakitan..
Dalam serial kungfu China Pendekar Rajawali, ada adegan
pendeta busuk (emang itu sebutannya) dari kuil chuencen berjanji untuk
merahasiakan sesuatu dengan memotong jari kelingkingnya.
Seorang guru penasehat di tempat saya bekerja pernah bilang:
setiap jari di tangan kita ini punya perumpamaan seperti pertumbuhan manusia.
Jari kelingking bagaikan usia 10 tahunan yang tidak mampu
menanggung beban/masalah berat dan sepertinya tidak berfungsi, tapi
kehadirannya membawa keceriaan dan kesempurnaan.
Jari manis bagaikan usia 20an tahun, kalo manusia umur
segitu dikategorikan remaja, lagi seneng-senengnya berhias dan merasa cantik.
Jari tengah bagaikan usia 30an tahun biasanya usia yang
dipenuhi impian dan idealisme sehingga manusia nya cenderung merasa paling
benar dan paling tinggi.
Kalau jari telunjuk adalah usia 40an tahun, usia eksekutiv
mapan jadi sikapnya agak bossy, perintah ini-itu, tunjuk sana-sini.
Nah, jari paling dalem nih jari jempol sering disebut ibu
jari. Kenapa begitu ya? Perumpamaannya sih manusia umur 50an yang sudah
sepatutnya bisa menerima kehadiran yang lain dan menghebatkan orang lain. Mampu
bersikap bijak laksana seorang ibu.
Oke, back to topic, jari kelingking. Kalau difikir jari
kelingking itu fungsinya apa sih? Tanpa jari kelingking sebenarnya tangan kita
bisa megang sesuatu juga kan?
Saya akhirnya menemukan alasan pentingnya. Ternyata
Rasulullah shalallahu ‘alayhi wasallam ketika berwudhu membersihkan sela
jari-jari kaki beliau dengan jari kelingking. Subhanallah.. bukankah tidak ada
sesuatu yang tercipta dengan sia-sia. bener atau ga nya, baca artikel ini dulu:
Rasulullah menyuruh umatnya agar berhati-hati dalam membasuh
kaki, karena kaki yang tidak sempurna cara membasuhnya akan terkena ancaman
neraka, sebagaimana beliau mengistilahkannya dengan tumit-tumit neraka.
Beliau memerintahkan agar membasuh kaki sampai kena mata kaki bahkan beliau
mencontohkan sampai membasahi betisnya. Beliau mendahulukan kaki kanan dibasuh
hingga tiga kali kemudian kaki kiri juga demikian. Saat membasuh kaki
Rasulullah menggosok-gosokan jari kelingkingnya pada sela-sela jari kaki. (HSR.
Bukhari; Fathul Baari, I/232 dan Muslim, I/149, 3/128)
Tapi ..
pendapat menyela-nyela jari kaki dengan jari kelingking
tidak ada keterangan di dalam hadits. Ini hanyalah pendapat dari Imam Ghazali
karena ia mengqiyaskannya dengan istinja’.
Perlu diingat ketika mencuci kaki disunnahkan untuk menyela
jari-jari kaki dan juga jari-jari tangan (Taudihul Ahkam 1/175), sebagaimana
hadits :
عَنْ لَقِيْط بْن صَبْرَةَ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ :
أَسْبِغِ الْوُضُوْءَ، وَخَلِّلْ بَيْنَ الأَصَابِعِ، وَبَالِغْ فِيْ الإِسْتِنْشَاقِ إِلاَّ أَنْ تَكُوْنَ صَائِمًا
Dari Laqith bin Sobroh berkata : Rosulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda :"Sempurnahkanlah wudlu dan sela-selalah jari-jari dan
bersungguh-sungguhlah ketika beristinsyaq kecuali engkau sedang berpuasa"
(Hadits shohih, dishohihkan oleh Ibnu Khuzaimah).
Adapun menyela jari-jari kaki dengan jari tangan yang kelingking, maka ini
hanyalah istihsan dari para ulama dan tidak bisa dikatakan sunnah Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam. Berkata Ibnul Qoyyim dalam zadul ma'ad
:"…Dalam (kitab) sunan dari Mustaurid bin Syadad berkata : "Aku
melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berwudlu dan dia menggosok jari-jari
kakinya dengan jari tangan kelingkingnya" Kalau riwayat ini benar
[1]¨) maka sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam hanya melakukannya
sekali-kali. Oleh karena itu sifat seperti tidak diriwayatkan oleh para sahabat
yang memperhatikan wudlu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam seperti Utsman,
Abdullah bin Zaid dan selain keduanya. Lagipula dalam riwayat tersebut ada
Abdullah bin Lahiah." (Syarhul Mumti' 1/143).