..jadikan aku dalam pandanganku sendiri sebagai seburuk-buruk makhluk, dalam pandangan manusia sebagai yang di tengah-tengah, dan dalam pandangan Mu sebagai yang paling mulia..
Rabu, 18 Mei 2011
Tanyalah aku Sebelum kau Kehilangan aku
(oleh: Syeikh Fadhullah Al-Hairi)
Ini sebenarnya buku kaum Syi'ah, tapi di dalamnya juga banyak kata-kata mutiara indah.. bagaimana pun juga Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib adalah orang yang paling dekat dengan Rasulullah saw, sebagaimana dikatakan oleh Rasulullah saw:
"Kedudukan Ali kw disisiku seperti diriku, ketaatan kepadanya sama dengan ketaatan kepadaku, dan kemaksiatan kepadanya sama dengan kemaksiat kepadaku”
Di antara kata-kata mutiara Ali yang indah dan bermanfaat:
”Wahai manusia, bertanyalah kepadaku sebelum kalian kehilangan aku. Sesungguhnya aku ini lebih mengerti jalan-jalan langit daripada jalan-jalan bumi. Bahkan, aku mengetahui sebelum bencana itu terjadi dan menghempaskan impian-impian umat ini”.
"Ilmu adalah sebaik-baik perbendaharaan dan yang paling indah. Ia ringan dibawa, namun besar manfaatnya. Ditengah-tengah orang banyak ianya indah, sedangkan dalam kesendirian ianya menghiburkan."
"Umur itu terlalu pendek untuk mempelajari segala hal yang baik untuk dipelajari. Akan tetapi, pelajarilah ilmu yang paling penting, kemudian yang penting dan begitulah seterusnya secara berurutan."
"Janganlah kalian memaksakan anak-anakmu sesuai dengan pendidikanmu, kerana sesungguhnya mereka diciptakan untuk zaman yang bukan zaman kalian."
"Pokok agama adalah makrifat (kenal) tentang Allah SWT.
Kesempurnaan makrifat tentangNya adalah tasdiq (membenarkan) terhadapNya.
Kesempurnaan tasdiq terhadapNya adalah dengan tauhid kepadaNya.
Kesempurnaan tauhid kepadaNya adalah dengan ikhlas kepadaNya.
Barangsiapa yang melekatkan suatu sifat kepadaNya, bererti dia telah menyertakan sesuatu kepadaNya.
Dan barangsiapa yang menyertakan sesuatu denganNya, maka dia telah menduakanNya.
Barangsiapa yang menduakanNya, maka dia telah memilah-milahkan (Zat)Nya.
Barangsiapa yang memilah-milahkanNya, maka sesungguhnya dia tidak mengenalNya.
Barangsiapa yang tidak mengenalNya, maka dia akan melakukan penunjukan kepadaNya.
Barangsiapa melakukan penunjukan kepadaNya, maka dia telah membuat batasan tentangNya.
Dan barangsiapa yang membuat batasan tentangNya, sesungguhnya dia telah menganggapNya berbilang."
"Barangsiapa yang ingin melihat kedudukannya di sisi Allah, maka hendaklah dia melihat kedudukan Allah pada dirinya."
"Sesungguhnya wali-wali Allah SWT adalah mereka yang memandang batin dunia ketika orang-orang memandang lahirnya. Mereka sibuk dengan urusan akhirat ketika orang-orang disibukkan dengan urusan dunia. Mereka telah mematikan dari dunia ini kerana mereka khawatir ia akan mematikan mereka. Dan mereka meninggalkan dunia kerena mereka tahu bahawa ia akan meninggalkan mereka."
"Sesungguhnya ALLAH SWT tidak tersembunyi bagi-Nya apa yang diperbuat oleh hamba-hamba-Nya pada waktu malam mereka dan siang hari mereka..
Dia Maha Lembut lagi Maha Mengetahui dan Dia benar-benar meliputi segala sesuatu..
Anggota-anggota tubuhmu adalah saksi-saksi-Nya dan tentara-tentara-Nya,
hati kalian adalah mata-Nya, dan kesendirian kalian adalah pandangan-Nya.."
"Qadar (Takdir) adalah jalan yang gelap, maka janganlah kalian melaluinya;
lautan yang dalam, maka janganlah kalian menyelaminya;
dan rahasia ALLAH SWT, maka janganlah kalian menyusahkan diri kalian dengannya."
"Perbuatan buruk yang menjadikanmu bersedih karenanya lebih baik di sisi ALLAH daripada perbuatan baik yang membuatmu bangga."
"Ada empat hal yang mematikan hati, yaitu: dosa yang bertumpuk-tumpuk, (mendengarkan) guyonan orang pander, banyak bersikap kasar dengan perempuan, dan duduk bersama orang-orang mati.
Orang-orang bertanya, “Siapakah orang-orang mati itu, wahai Amirul Mu’minin?” Ali r.a. menjawab, “Yaitu setiap hamba yang hidup bergelimang dalam kemewahan.”
"Sebaik-baik perangai wanita adalah seburuk-buruk perangai laki-laki, yaitu: angkuh, penakut, kikir. Jika wanita angkuh, dia tidak akan memberi kuasa kepada nafsunya. Jika wanita itu kikir, dia akan menjaga hartanya dan harta suaminya. Dan jika wanita itu penakut, dia akan takut dari segala sesuatu yang menimpanya."
"Kebiasaan itu kuat. Maka, barangsiapa yang membiasakan sesuatu pada dirinya secara diam-diam dan dalam kesendiriannya, kebiasaan itu pasti akan menyingkapkannya secara terang-terangan dan terbuka."
"Barangsiapa yang merasa berat karena musibah, maka hendaklah dia mengingat kematian karena hal itu meringankannya. Dan barangsiapa yang merasa disempitkan oleh suatu urusan, maka hendaklah dia mengingat kubur karena hal itu akan melapangkannya."
"Permulaan dunia adalah kesusahpayaan dan akhirnya adalah kehancuran. Yang mengais kekayaan di dalamnya mendapat ujian, yang fakir di dalamnya dia bersedih. Yang berusaha mendapatkannya akan luput darinya, dan yang menahan diri dari nya, dunia akan mendatanginya.
Siapa yang memandang kepadanya, dunia akan membutakan (hati)-nya, dan siapa yang merenungkannya, dunia akan membukakan pandangannya."
"Sungguh, aku belum pernah melihat orang yang menginginkan sesuatu tetapi tidur, sebagaimana orang yang menginginkan surga.
Dan belum pernah pula aku melihat orang yang takut sesuatu tetapi tidak lari melainkan justru tidur, sebagaimana orang yang takut neraka."
"Orang Mukmin, jika melihat, dia mengambil pelajaran; jika berbicara, dia berzikir; jika kaya, dia bersyukur; dan jika ditimpa musibah, dia bersabar."
"Kegembiraan orang Mukmin terlihat di wajahnya, sedangkan kesedihannya tersimpan di hatinya. Dadanya paling lapang (sabar) dan merasa dirinya paling hina. Dia tidak menyukai kedudukan dan membenci reputasi. Panjang kesedihannya. Jauh pikirannya. Banyak diamnya. Sibuk waktunya. Banyak bersyukur dan bersabar. Tenggelam dalam pikirannya. Berpegang teguh pada kesetiakawanan. Mudah perangainya. Penurut. Dan jiwanya lebih keras daripada batu api, sementara dia lebih (merasa) hina daripada seorang budak."
"Keselamatan memiliki sepuluh bagian, yang Sembilan diantaranya terdapat dalam diam kecuali dari zikir ALLAH Ta’alaa, sedangkan yang satunya lagi terdapat dalam meninggalkan pergaulan dengan orang-orang bodoh."
"Ya ALLAH, sesungguhnya dosa-dosaku tidak merugikan-Mu, dan curahan rahmat-Mu kepadaku tidak mengurangi-Mu, maka ampunilah aku apa yang tidak merugikan-Mu, dan karuniailah aku apa yang tidak memberikan keuntungan bagi-Mu."
"Ya ALLAH, curahkanlah waktuku untuk memenuhi tujuan penciptaanku (beribadah), dan janganlah Engkau sibukkan diriku darinya karena sesungguhnya Engkau telah menjamin bagiku dengannya. Janganlah Engkau tolak aku, padahal aku memohon kepada-Mu, dan jangan pula Engkau siksa aku, padahal aku memohon ampun kepada-Mu."
Ali r.a berkata di atas kuburan Rasulullah SAW sesaat setelah menguburkan beliau:
“Sesungguhnya bersabar itu bagus kecuali (berpisah) darimu. Sesungguhnya ketidaksabaran itu benar-benar buruk kecuali atasmu (menghadapi kewafatanu). Sesungguhnya tertimpa musibah dengan kematianmu ini adalah suatu hal yang besar, dan bahwasanya sepeninggalmu benar-benar sesuatu yang berat.”
"Aku wasiatkan kepada kalian untuk senantiasa mengingat kematian dan mengurangi kelalaian darinya. Bagaimana mungkin kalian melupakan sesuatu yang tidak akan pernah melupakan kalian, dan bagaimana mungkin kalian mengharapkan sesuatu yang tidak akan pernah memberi kesempatan kepada kalian?"
"Wahai Tuhanku, sebagaimana Engkau telah menjaga wajahku dari sujud kepada selainMu, maka jagalah wajahku dari meminta kepada selainMu."
Akhir kata sebuah kitab dengan mutiara kata yang indah.
Kerajaan
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
سُورَةٌ مِنَ الْقُرْآنِ ثَلاَثُونَ آيَةً تَشْفَعُ لِصَاحِبِهَا حَتَّى يُغْفَرَ لَهُ {تَبَارَكَ الَّذِى بِيَدِهِ الْمُلْكُ
وفي رواية: فأخرجته من النار و أدخلته الجنة
“Satu surat dalam al-Qur’an (yang terdiri dari) tiga puluh ayat (pada hari kiamat) akan memberi syafa’at (dengan izin Allah Ta’ala) bagi orang yang selalu membacanya (dengan merenungkan artinya) sehingga Allah mengampuni (dosa-dosa)nya, (yaitu surat al-Mulk): “Maha Suci Allah Yang di tangan-Nyalah segala kerajaan/kekuasaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu”. Dalam riwayat lain: “…sehingga dia dikeluarkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga”[1].
Hadits yang agung ini menunjukkan besarnya keutamaan membaca surat ini secara kontinyu[2], karena ini merupakan sebab untuk mendapatkan syafa’at dengan izin Allah Ta’ala.
Hadits ini semakna dengan hadits lain dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Satu surat dalam al-Qur’an yang hanya (terdiri dari) tiga puluh ayat akan membela orang yang selalu membacanya (di hadapan Allah Ta’ala) sehingga dia dimasukkan ke dalam surga, yaitu surat: “Maha Suci Allah Yang di tangan-Nyalah segala kerajaan/kekuasaan”[3].
Beberapa faidah penting yang terkandung dalam hadits ini:
- Keutamaan dalam hadits ini diperuntukkan bagi orang yang selalu membaca surat al-Mulk dengan secara kontinyu disertai dengan merenungkan kandungannya dan menghayati artinya[4].
- Surat ini termasuk surat-surat al-Qur’an yang biasa dibaca oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sebelum tidur di malam hari, karena agungnya kandungan maknanya[5].
- Sebagian dari ulama ahli tafsir menamakan surat ini dengan penjaga/pelindung dan penyelamat (dari azab kubur)[6], akan tetapi penamaan ini disebutkan dalam hadits yang lemah[7].
- Al-Qur’an akan memberikan syafa’at (dengan izin Allah) bagi orang yang membacanya (dengan menghayati artinya) dan mengamalkan isinya[8], sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Bacalah al-Qur’an, karena sesungguhnya bacaan al-Qur’an itu akan datang pada hari kiamat untuk memberi syafa’at bagi orang-orang yang membacanya (sewaktu di dunia)”[9].
وصلى الله وسلم وبارك على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين، وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين
Kota Kendari, 22 Jumadal ula 1432 H
Penulis: Ustadz Abdullah bin Taslim al-Buthoni, MA
Artikel www.muslim.or.id
[1] HR Abu Dawud (no. 1400), at-Tirmidzi (no. 2891), Ibnu Majah (no. 3786), Ahmad (2/299) dan al-Hakim (no. 2075 dan 3838), dinyatakan shahih oleh imam al-Hakim dan disepakati oleh imam adz-Dzahabi, serta dinyatakan hasan oleh imam at-Tirmidzi dan syaikh al-Albani.
[2] Lihat kitab “Faidhul Qadiir” (2/453).
[3] HR ath-Thabarani dalam “al-Mu’jamul ausath” (no. 3654) dan “al-Mu’jamush shagiir” (no. 490), dinyatakan shahih oleh al-Haitsami dan Ibnu hajar (dinukil dalam kitab “Faidhul Qadiir” 4/115) dan dinyatakan hasan oleh syaikh al-Albani dalam “Shahiihul jaami’ish shagiir” (no. 3644).
[4] Lihat kitab “Faidhul Qadiir” (4/115).
[5] HR at-Tirmidzi (no. 2892) dan Ahmad (3/340), dinyatakan shahih oleh syaikh al-Albani dalam “ash-Shahiihah” (no. 585).
[6] Lihat kitab “Tafsir al-Qurthubi” (18/205).
[7] Lihat kitab “Dha’iifut targiibi wat tarhiib” (no. 887).
[8] Lihat kitab “Bahjatun naazhiriin” (2/240).
[9] HSR Muslim (no. 804).
سُورَةٌ مِنَ الْقُرْآنِ ثَلاَثُونَ آيَةً تَشْفَعُ لِصَاحِبِهَا حَتَّى يُغْفَرَ لَهُ {تَبَارَكَ الَّذِى بِيَدِهِ الْمُلْكُ
وفي رواية: فأخرجته من النار و أدخلته الجنة
“Satu surat dalam al-Qur’an (yang terdiri dari) tiga puluh ayat (pada hari kiamat) akan memberi syafa’at (dengan izin Allah Ta’ala) bagi orang yang selalu membacanya (dengan merenungkan artinya) sehingga Allah mengampuni (dosa-dosa)nya, (yaitu surat al-Mulk): “Maha Suci Allah Yang di tangan-Nyalah segala kerajaan/kekuasaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu”. Dalam riwayat lain: “…sehingga dia dikeluarkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga”[1].
Hadits yang agung ini menunjukkan besarnya keutamaan membaca surat ini secara kontinyu[2], karena ini merupakan sebab untuk mendapatkan syafa’at dengan izin Allah Ta’ala.
Hadits ini semakna dengan hadits lain dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Satu surat dalam al-Qur’an yang hanya (terdiri dari) tiga puluh ayat akan membela orang yang selalu membacanya (di hadapan Allah Ta’ala) sehingga dia dimasukkan ke dalam surga, yaitu surat: “Maha Suci Allah Yang di tangan-Nyalah segala kerajaan/kekuasaan”[3].
Beberapa faidah penting yang terkandung dalam hadits ini:
- Keutamaan dalam hadits ini diperuntukkan bagi orang yang selalu membaca surat al-Mulk dengan secara kontinyu disertai dengan merenungkan kandungannya dan menghayati artinya[4].
- Surat ini termasuk surat-surat al-Qur’an yang biasa dibaca oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sebelum tidur di malam hari, karena agungnya kandungan maknanya[5].
- Sebagian dari ulama ahli tafsir menamakan surat ini dengan penjaga/pelindung dan penyelamat (dari azab kubur)[6], akan tetapi penamaan ini disebutkan dalam hadits yang lemah[7].
- Al-Qur’an akan memberikan syafa’at (dengan izin Allah) bagi orang yang membacanya (dengan menghayati artinya) dan mengamalkan isinya[8], sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Bacalah al-Qur’an, karena sesungguhnya bacaan al-Qur’an itu akan datang pada hari kiamat untuk memberi syafa’at bagi orang-orang yang membacanya (sewaktu di dunia)”[9].
وصلى الله وسلم وبارك على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين، وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين
Kota Kendari, 22 Jumadal ula 1432 H
Penulis: Ustadz Abdullah bin Taslim al-Buthoni, MA
Artikel www.muslim.or.id
[1] HR Abu Dawud (no. 1400), at-Tirmidzi (no. 2891), Ibnu Majah (no. 3786), Ahmad (2/299) dan al-Hakim (no. 2075 dan 3838), dinyatakan shahih oleh imam al-Hakim dan disepakati oleh imam adz-Dzahabi, serta dinyatakan hasan oleh imam at-Tirmidzi dan syaikh al-Albani.
[2] Lihat kitab “Faidhul Qadiir” (2/453).
[3] HR ath-Thabarani dalam “al-Mu’jamul ausath” (no. 3654) dan “al-Mu’jamush shagiir” (no. 490), dinyatakan shahih oleh al-Haitsami dan Ibnu hajar (dinukil dalam kitab “Faidhul Qadiir” 4/115) dan dinyatakan hasan oleh syaikh al-Albani dalam “Shahiihul jaami’ish shagiir” (no. 3644).
[4] Lihat kitab “Faidhul Qadiir” (4/115).
[5] HR at-Tirmidzi (no. 2892) dan Ahmad (3/340), dinyatakan shahih oleh syaikh al-Albani dalam “ash-Shahiihah” (no. 585).
[6] Lihat kitab “Tafsir al-Qurthubi” (18/205).
[7] Lihat kitab “Dha’iifut targiibi wat tarhiib” (no. 887).
[8] Lihat kitab “Bahjatun naazhiriin” (2/240).
[9] HSR Muslim (no. 804).
Basmallah
Tafsir Basmalah
Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin berkata: “Tafsirnya adalah: Sesungguhnya seorang insan meminta tolong dengan perantara semua Nama Allah. Kami katakan: yang dimaksud adalah setiap nama yang Allah punya. Kami menyimpulkan hal itu dari ungkapan isim (nama) yang berbentuk mufrad (tunggal) dan mudhaf (disandarkan) maka bermakna umum. Seorang yang membaca basmalah bertawassul kepada Allah ta’ala dengan menyebutkan sifat rahmah. Karena sifat rahmah akan membantu insan untuk melakukan amalnya. Dan orang yang membaca basmalah ingin meminta tolong dengan perantara nama-nama Allah untuk memudahkan amal-amalnya.” (Shifatush Shalah, hal. 64).
Kitabullah Diawali Basmalah
Penulisan Al-Qur’an diawali dengan basmalah. Hal itu telah ditegaskan tidak hanya oleh seorang ulama, di antara mereka adalah Al Qurthuby yarhamuhullah di dalam tafsirnya. Beliau menyebutkan bahwa para sahabat radhiyallahu ‘anhum telah sepakat menjadikan basmalah tertulis sebagai ayat permulaan dalam Al-Qur’an, inilah kesepakatan mereka yang menjadi permanen -semoga Allah meridhai mereka- dan Al Hafizh Ibnu Hajar yarhamuhullah pun menyebutkan pernyataan serupa di dalam Fathul Baari (Ad Dalaa’il Wal Isyaaraat ‘ala Kasyfi Syubuhaat, hal. 9).
Teladan Nabi
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila menulis surat memulai dengan bismillaahirrahmaanirrahiim (lihat Shahih Bukhari 4/402 Kitabul Jihad Bab Du’a Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ilal Islam wa Nubuwah wa ‘an laa Yattakhidza Ba’dhuhum Ba’dhan Arbaaban min duunillaah wa Qauluhu ta’ala Maa kaana libasyarin ‘an yu’tiyahullaahu ‘ilman ila akhiril ayah, Fathul Bari 6/109 lihatlah perincian tentang hal ini di dalam Zaadul Ma’aad fii Hadyi Khairil ‘Ibaad karya Ibnul Qayyim 3/688-696, beliau menceritakan surat menyurat Nabi kepada para raja dan lain sebagainya (Syarh Kitab Kasyfu Syubuhaat Syaikh Shalih Al-Fauzan, hal. 17). Di dalam Kitab Bad’ul Wahyi Imam Bukhari menyebutkan hadits: “Bismillahirrahmaanirrahiim min Muhammadin ‘Abdillah wa Rasuulihi ila Hiraqla ‘Azhiimir Ruum…” (Shahih Bukhari no. 7, Shahih Muslim no. 1773 dari hadits Ibnu ‘Abbas radhiyallahu’anhuma, lihat Hushuulul Ma’muul, hal. 9, lihat juga Ad Dalaa’il Wal Isyaaraat ‘ala Kasyfi Syubuhaat, hal. 9).
Hadits Tentang Keutamaan Basmalah
Syaikh Abdullah bin Shalih Al Fauzan berkata: “Adapun hadits-hadits qauliyah tentang masalah basmalah, seperti hadits, ‘Kullu amrin dzii baalin laa yubda’u fiihi bibismillaahi fahuwa abtar.’ hadits-hadits tersebut adalah hadits yang dilemahkan oleh para ulama.” Hadits ini dikeluarkan oleh Al Khathib dalam Al Jami’ (2/69,70), As Subki dalam Thabaqaat Syafi’iyah Al Kubra, muqaddimah hal. 12 dari hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, tetapi hadits itu adalah hadits dha’ifun jiddan (sangat lemah) karena ia merupakan salah satu riwayat Ahmad bin Muhammad bin Imran yang dikenal dengan panggilan Ibnul Jundi. Al Khathib berkata di dalam Tarikh-nya (5/77): ‘Orang ini dilemahkan riwayat-riwayatnya dan ada celaan pada madzhabnya.’ Maksudnya: karena ia cenderung pada ajaran Syi’ah. Ibnu ‘Iraq berkata di dalam Tanziihusy Syari’ah Al Marfuu’ah (1/33): ‘Dia adalah pengikut Syi’ah. Ibnul Jauzi menuduhnya telah memalsukan hadits.’ Hadits ini pun telah dinyatakan lemah oleh Al Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah sebagaimana dinukil dalam Futuhaat Rabbaniyah (3/290) silakan periksa Hushuulul Ma’muul, hal. 9). Adapun hadits: ‘Kullu amrin laa yubda’u fiihi bibismillaahiirahmaanirrahiim fahuwa ajdzam’ adalah hadits dha’if, didha’ifkan Syaikh Al Albani dalam Dha’iful Jaami’ 4217 (lihat catatan kaki Tafsir Al-Qur’an Al ‘Azhim tahqiq Hani Al Hajj, 1/24).
Hikmah Memulai dengan Basmalah
Hikmah yang tersimpan dalam mengawali perbuatan dengan bismillahirrahmaanirraahiim adalah demi mencari barakah dengan membacanya. Karena ucapan ini adalah kalimat yang berbarakah, sehingga apabila disebutkan di permulaan kitab atau di awal risalah maka hal itu akan membuahkan barakah baginya. Selain itu di dalamnya juga terdapat permohonan pertolongan kepada Allah ta’ala (lihat Syarh Kitab Kasyfu Syubuhaat Syaikh Shalih Al-Fauzan, hal. 17). Selain itu basmalah termasuk pujian dan dzikir yang paling mulia (lihat Taudhihaat Al Kasdalamyifaat, hal. 48).
Apakah Basmalah Termasuk Al Fatihah ?
Syaikh Al ‘Utsaimin berkata: “Dalam masalah ini terdapat perbedaan pendapat di antara para ulama. Ada di antara mereka yang berpendapat ia adalah termasuk ayat dari Al Fatihah dan dibaca dengan keras dalam shalat jahriyah (dibaca keras oleh imam) dan mereka berpandangan tidak sah orang yang shalat tanpa membaca basmalah karena ia termasuk surat Al Fatihah. Dan ada pula di antara mereka yang berpendapat bahwa ia bukan bagian dari Al Fatihah namun sebuah ayat tersendiri di dalam Kitabullah. Pendapat inilah yang benar. Dalilnya adalah nash serta konteks isi surat tersebut.” Kemudian beliau merinci alasan beliau (lihat Tafsir Juz ‘Amma, hal. 9 cet Darul Kutub ‘Ilmiyah).
Sahkah Shalat Tanpa Membaca Basmalah ?
Dari Anas radhiyallahu ‘anhu: Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Abu Bakar dan Umar mengawali shalat dengan membaca Alhamdulillaahi Rabbil ‘aalamiin (Muttafaqun ‘alaihi). Muslim menambahkan: Mereka semua tidak membaca bismillaahirrahmaanirrahiim di awal bacaan maupun di akhirnya. Sedangkan dalam riwayat Ahmad, Nasa’i dan Ibnu Khuzaimah Anas berkata: Mereka semua tidak mengeraskan bacaan bismillaahirrahmaanirrahiim. Di dalam riwayat lainnya dalam Shahih Ibnu Khuzaimah dengan kata-kata: Mereka semua membacanya dengan sirr (pelan)
Diantara faidah yang bisa dipetik dari hadits di atas adalah:
1. Tata cara Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para khulafa’ur rasyidin membuka bacaan shalat dengan alhamdulillaahi rabbil ‘aalamiin.
2. Hadits ini menunjukkan bahwa basmalah bukan termasuk bagian awal dari surat Al Fatihah. Oleh sebab itu tidak wajib membacanya beriringan dengan surat ini. Akan tetapi hukum membacanya hanyalah sunnah sebagai pemisah antara surat-surat, meskipun dalam hal ini memang ada perselisihan pendapat ulama.
Para imam yang empat berbeda pendapat tentang hukum membaca basmalah:
1. Imam Abu Hanifah, Syafi’i dan Ahmad berpendapat bacaan itu disyari’atkan di dalam shalat.
2. Imam Malik berpendapat bacaan itu tidak disyari’atkan untuk dibaca dalam shalat wajib, baik dengan pelan maupun keras.
Kemudian Imam yang tiga (Abu Hanifah, Syafi’i dan Ahmad) berselisih tentang hukum membacanya:
1. Imam Abu Hanifah dan Ahmad berpendapat membacanya adalah sunnah bukan wajib karena basmalah bukan bagian dari Al Fatihah.
2. Imam Syafi’i berpendapat membacanya adalah wajib.
(lihat Taudhihul Ahkaam, 1/413-414 cet. Dar Ibnul Haitsam)
Menjahrkan Basmalah dalam Shalat Jahriyah
Syaikh Ibnu ‘Utsaimin ditanya: Apakah hukum menjahrkan (mengeraskan bacaan) basmalah? Beliau menjawab: “Pendapat yang lebih kuat adalah mengeraskan bacaan basmalah itu tidak semestinya dilakukan dan yang sunnah adalah melirihkannya karena ia bukan bagian dari surat Al Fatihah. Akan tetapi jika ada orang yang terkadang membacanya dengan keras maka tidak mengapa. Bahkan sebagian ulama ada yang berpendapat bahwa hendaknya memang dikeraskan kadang-kadang sebab adanya riwayat yang menceritakan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengeraskannya (HR. Nasa’i di dalam Al Iftitah Bab Qiro’atu bismillahirrahmaanirrahiim (904), Ibnu Hibban 1788, Ibnu Khuzaimah 499, Daruquthni 1/305, Baihaqi 2/46,58) Akan tetapi hadits yang jelas terbukti keabsahannya menerangkan bahwa beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa tidak mengeraskannya (berdasarkan hadits Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu: Aku pernah shalat menjadi makmum di belakang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, di belakang Abu Bakar, di belakang Umar dan tidak ada seorang pun di antara mereka yang memperdengarkan bacaan bismillahirrahmanirrahiim (HR. Muslim dalam kitab Shalat Bab Hujjatu man Qoola la yajharu bil basmalah (399)) Akan tetapi apabila seandainya ada seseorang yang menjahrkannya dalam rangka melunakkan hati suatu kaum yang berpendapat jahr saya berharap hal itu tidak mengapa.” (Fatawa Arkanil Islam, hal. 316-317)
Syaikh Abdullah bin Abdurrahman Al Bassaam mengatakan: “Syaikhul Islam mengatakan: Terus menerus mengeraskan bacaan (basmalah) adalah bid’ah dan bertentangan dengan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan hadits-hadits yang menegaskan cara keras dalam membacanya semuanya adalah palsu.” (Taudhihul Ahkaam, 1/414) Imam Ibnu Katsir mengatakan : “…para ulama sepakat menyatakan sah orang yang mengeraskan bacaan basmalah maupun yang melirihkannya…” (Tafsir Al-Qur’an Al ‘Azhim, 1/22).
***
Penulis: Abu Mushlih Ari Wahyudi
Selasa, 17 Mei 2011
Sendi-Sendi Kebahagiaan
Sendi adalah hati yang selalu bersyukur, lidah yang terus berdzikir, dan tubuh yang senantiasa bersabar. Syukur, dzikir, dan sabar mengandung nikmat dan ganjaran. Kalaupun ilmu para ulama, hikmah para bijak dan syair para peenyair dihimpun mengenai kebahagiaan ini, niscaya kita tidak akan mendapatkannya hingga kita sendiri memiliki tekad bulat. Yakni, tekad untuk merasakan, merengkuh serta mencarinya dengan sungguh-sungguh serta berusaha untuk mengusir apa yang bertentangan dengannya: “Barangsiapa yang datang kepadaku dengan berjalan kaki, maka aku akan mendatanginya dengan berlari.” (Hadits Qudsi)
Salah satu tanda kebahagiaan seorang hamba adalah menyembunyikan rahasia dirinya dan merencanakan jalan hidupnya. Disebutkan bahwa ada seorang Badui yang mendapat kepercayaan untuk menyembunyikan sebuah rahasia dengan imbalan sepuluh dinar. Namun ia merasa tidak betah dengan rahasia tersebut. Kemudian dia pergi menemui pemilik dinar. Ia mengembalikan dinar itu, dan membuka rahasia yang dibebankan kepadanya. Kesimpulannya, menyembunyikan rahasia itu butuh ketahanan, kesabaran, dan tekad yang kuat.
“Janganlah kamu ceritakan mimpimu itu kepada saudara-saudaramu.” (12:5)
Karena sesungguhnya titik lemah yang ada pada manusia adalah menyingkap lembaran-lembaran kehidupannya kepada manusia, meyebarkan rahasia-rahasia hidupnya kepada mereka. Ini merupakan penyakit lama, penyakit menahun yang menjangkiti manusia. Karena jiwa manusia memang cenderung untuk menyebarkan rahasia dan menyebarkan berita.
Hubungannya dengan masalah kebahagiaan adalah bahwa siapa saja yang menyebarkan rahasia dirinya, maka umumnya mereka akan mengalami penyesalan, kesedihan, dan kegelisahan. “Dan,hendaklah dia berlaku lemah lembut dan janganlah sekali-kali menceritakan halmu kepada seorang pun.” (18:19)
“Ihdinash-shiraathal mustaqiim,” Rahasia Hidayah
Kebahagiaan hanya bisa dicapai dan dinikmati oleh orang yang mengikuti satu sisi: dari shiraathal mustaqiim (jalan yang lurus). Itulah peninggalan Rasulullah untuk kita, karena sisi yang satunya lagi berada di surga.
“Dan, pasti Kami akan tunjukkan mereka kepada jalan yang lurus.” (4:68)
Kebahagiaan orang yang senantiasa berjalan di atas shiraathal mustaqim adalah dia selalu merasa tenang dengan akhir yang baik dari setiap permasalahan yang dihadapinya. Dia juga merasa yakin bahwa tempat kembalinya adalah tempat yang baik. Ia pun percaya sepenuhnya terhadap janji Rabb-nya, rela dengan qadha-Nya, dan mengendalikan langkahnya untuk tetap berada di atas jalan ini. Dia sadar bahwa ada seorang yang menunjukkan janji. Siapakah? Dia yang makhsum, tidak berbicara berdasarkan nafsu, dan tidak megekor orang-orang yang menyimpang. Dia yang ucapannya adalah hujjah, yang terjaga dari keusilan setan, dan keteledoran manusia.
“Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya. Mereka menjaganya atas perintahnya Allah.” (13:11)
Dalam penitiannya di atas jalan ini, dia tahu bahwa dirinya memiliki Ilah, di depannya ada teladan, di tangannya ada kitab suci, di dalam hatinya ada cahaya kebenaran, dan di dalam nuraninya ada pemberi nasehat. Dengan demikian, ia menjadi sosok yang berjalan menuju kenikmatan, yang berbuat dalam ketaatan, dan yang berusaha kea rah kebaikan.
“Itulah petunjuk Allah, yang dengannya Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba Nya.” (6:88)
Di manakah yang disebut kegelapan, wahai penunjuk jalan? Di manakah cahaya Allah itu ada dalam kalbuku? Dan inilah yang aku lihat.
Jalan yang dimaksud ada dua: yang indrawi dan yang maknawi. Yang indrawi adalah jalan hidayah dan iman. Sedangkan yang indrawi adalah jalan yang ada di atas Jahanam. Jalan keimanan adalah jalan yang ada di dunia fana-sarat dengan cakar-cakar pencengkeram berupa syahwat. Sedangkan jalan ukhrawi yang berada di atas Jahanam-penuh duri-duri yang sangat tajam.
Salah satu tanda kebahagiaan seorang hamba adalah menyembunyikan rahasia dirinya dan merencanakan jalan hidupnya. Disebutkan bahwa ada seorang Badui yang mendapat kepercayaan untuk menyembunyikan sebuah rahasia dengan imbalan sepuluh dinar. Namun ia merasa tidak betah dengan rahasia tersebut. Kemudian dia pergi menemui pemilik dinar. Ia mengembalikan dinar itu, dan membuka rahasia yang dibebankan kepadanya. Kesimpulannya, menyembunyikan rahasia itu butuh ketahanan, kesabaran, dan tekad yang kuat.
“Janganlah kamu ceritakan mimpimu itu kepada saudara-saudaramu.” (12:5)
Karena sesungguhnya titik lemah yang ada pada manusia adalah menyingkap lembaran-lembaran kehidupannya kepada manusia, meyebarkan rahasia-rahasia hidupnya kepada mereka. Ini merupakan penyakit lama, penyakit menahun yang menjangkiti manusia. Karena jiwa manusia memang cenderung untuk menyebarkan rahasia dan menyebarkan berita.
Hubungannya dengan masalah kebahagiaan adalah bahwa siapa saja yang menyebarkan rahasia dirinya, maka umumnya mereka akan mengalami penyesalan, kesedihan, dan kegelisahan. “Dan,hendaklah dia berlaku lemah lembut dan janganlah sekali-kali menceritakan halmu kepada seorang pun.” (18:19)
“Ihdinash-shiraathal mustaqiim,” Rahasia Hidayah
Kebahagiaan hanya bisa dicapai dan dinikmati oleh orang yang mengikuti satu sisi: dari shiraathal mustaqiim (jalan yang lurus). Itulah peninggalan Rasulullah untuk kita, karena sisi yang satunya lagi berada di surga.
“Dan, pasti Kami akan tunjukkan mereka kepada jalan yang lurus.” (4:68)
Kebahagiaan orang yang senantiasa berjalan di atas shiraathal mustaqim adalah dia selalu merasa tenang dengan akhir yang baik dari setiap permasalahan yang dihadapinya. Dia juga merasa yakin bahwa tempat kembalinya adalah tempat yang baik. Ia pun percaya sepenuhnya terhadap janji Rabb-nya, rela dengan qadha-Nya, dan mengendalikan langkahnya untuk tetap berada di atas jalan ini. Dia sadar bahwa ada seorang yang menunjukkan janji. Siapakah? Dia yang makhsum, tidak berbicara berdasarkan nafsu, dan tidak megekor orang-orang yang menyimpang. Dia yang ucapannya adalah hujjah, yang terjaga dari keusilan setan, dan keteledoran manusia.
“Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya. Mereka menjaganya atas perintahnya Allah.” (13:11)
Dalam penitiannya di atas jalan ini, dia tahu bahwa dirinya memiliki Ilah, di depannya ada teladan, di tangannya ada kitab suci, di dalam hatinya ada cahaya kebenaran, dan di dalam nuraninya ada pemberi nasehat. Dengan demikian, ia menjadi sosok yang berjalan menuju kenikmatan, yang berbuat dalam ketaatan, dan yang berusaha kea rah kebaikan.
“Itulah petunjuk Allah, yang dengannya Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba Nya.” (6:88)
Di manakah yang disebut kegelapan, wahai penunjuk jalan? Di manakah cahaya Allah itu ada dalam kalbuku? Dan inilah yang aku lihat.
Jalan yang dimaksud ada dua: yang indrawi dan yang maknawi. Yang indrawi adalah jalan hidayah dan iman. Sedangkan yang indrawi adalah jalan yang ada di atas Jahanam. Jalan keimanan adalah jalan yang ada di dunia fana-sarat dengan cakar-cakar pencengkeram berupa syahwat. Sedangkan jalan ukhrawi yang berada di atas Jahanam-penuh duri-duri yang sangat tajam.
5 cm
Biarkan keyakinan kamu,
5 cm menggantung mengambang di depan kening kamu...
Dan... sehabis itu yang kamu perlu... Cuma..
Cuma kaki yang akan berjalan lebih jauh dari biasanya...
tangan yang akan berbuat lebih banyak dari biasanya...
mata yang akan menatap lebih lama dari biasanya...
leher yang akan lebih sering melihat ke atas...
lapisan tekad yang seribu kali lebih keras dari biasanya...
Dan hati yang akan bekerja lebih keras dari biasanya...
Serta mulut yang akan selalu berdoa...
Dan kamu akan selalu dikenang sebagai seorang yang masih punya mimpi dan keyakinan,,
Bukan Cuma seonggok daging yang hanya punya nama..
Kamu akan dikenang sebagai seorang yang percaya pada kekuatan mimpi dan mengejarnya,,
Bukan seorang pemimpi saja,,bukan orang biasa-biasa saja tanpa tujuan,,
Mengikuti arus,, dan kalah oleh keadaan..
Tapi orang yang selalu percaya akan keajaiban mimpi dan cita-cita,,
Dan keajaiban keyakinan manusia yang tak terkalkulasikan dengan angka berapa pun...
Dan kamu ga perlu bukti apakah mimpi-mimpi itu akan terwujud nantinya karena kamu hanya harus mempercayainya...
Percaya pada...
5 cm di depan kening kamu...
Sabtu, 07 Mei 2011
Meniti Jalan Kebenaran
(oleh Ust Abu Yahya Badrussalaam, Lc)
Sebab-sebab mendapat kebenaran:
1. Kesungguhan dalam diri untuk mencari kebenaran kesungguhan merupakan sifat orang yang beriman
2. Wajib diyakini bahw kebenaran adalah yang berasal dari ALLAH ta’ala dan Rasulullah shallallahu alayhi wasallam
3. Mempunya alat dan tangga menuju kebenaran dengan ilmu
Sehingga kita diwajibkan seringnya (minimal 17x dalam sholat) membaca ayat alfatihah ‘Ihdinash shiraathal mustaqiim’: menurut Ibnu Qayyim karena kebenaran itu luas
Tidak akan mendapat ilmu, kecuali 6 perkara:
1. Ijtihad/kemauan kuat
2. Pemahaman/kecerdasan
3. Punya modal
4. Sabar
5. Bimbingan seorang Ustadz menuntut ilmu tidak boleh dari siapa saja, syarat Ustadz: betul-betul fakih (ahlinya), aqidah/manhaj nya benar, dan akhlaknya baik
6. Panjangnya waktu butuh waktu lama dalam memahami suatu ilmu
“ilmu ini adalah agama, maka lihat dari siapa kamu mengambil agama.”
“agama kamu jaga, agama kamu jaga, agama kamu jaga.. ambil dari orang yang lurus dan jangan ambil dari orang yang menyimpang.”
Agar mendapat hidayah (hidayah: berupa ilmu dan amal):
1. Jelas sumber pengambilan hidayah Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah shallallahu alayhi wasallam
2. Benar sumber pemahaman dalilnya dan cara memahaminya berdasarkan atsar para Salaf ash-shaalih (para pendahulu/ sahabat yang shalih)
3. Kesungguhan/ kemauan keras mencari hidayah menghilangkan keinginan-keinginan duniawi, menghilangkan fanatisme-fanatisme terhadap satu madzhab/ulama
Penghalang hidayah:
1. Kesombongan dosa awal: sifat Iblis
“sombong itu menolak kebenaran dan meremehkan (merendahkan) manusia lain”
2. Hasad (kedengkian) seperti orang Yahudi yang berilmu tapi dengki karena Rasulullah shallallahu alayhiwasallam bukan berasal dari golongan mereka (Ishak) tapi dari bangsa Arab (Ismail dari keturunan budak Hajar), dan kedengkian Suku Quraisy karena beliau berasal dari Bani Hasyim.
3. Fantik terhadap satu madzhab/ kelompok/ golongan mengkultuskan ulama
“Bila telah jelas suatu sunnah, maka tidak ada penghalang baginya walau pun ada pendapat dari seorangmanusia ( ulama)”
“Apabila ada suatu hadits shohih, maka itulah pendapat/madzhab ku. Apabila ada pendapatku yang bertentangan, maka lemparkan saja pendapatku ke tembok.” (Imam Syafi’i)
4. Lebih mengutamakan akal daripada dalil asalnya: perkataan Iblis bahwa dia lebih baik dari Nabi Adam alayhissalam karena Iblis dari api dan beliau dari tanah yang hitam
5. Cinta kedudukan/ popularitas/ kemuliaan dalam masalah dunia
6. Lebih mendahulukan adat-istiadat nenek moyang/pendahulu
....tambahan kajian dari Ustadz Yazid bin Abdul Qodir Jawwaz....
Hak-hak Allah ta’ala dan Rasulullah shallallahu alayhi wasallam:
1. Mengimani risalahnya
2. Menaati perintah dan tidak mendurhakainya
4:13-14 “...Barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia akan memasukkannya ke dalam surge....dan itulah kemenangan yang agung (13) ...barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya dan melanggar batas-batas hukum-Nya, niscaya Allah memasukkan ke dalam api neraka, dia kekal didalamnya dan dia akan mendapat azab yang menghinakan (14)”
3. Ittiba’ menjadikannya teladan dalam segala urusan
3:31 “katakanlah: jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosa mu..”
4. Mencintainya melebihi cinta kepada manusia lain
5. Menghormatinya, membelanya dan keluarga serta sahabatnya
48:9 “agar kamu semua beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, menguatkan (agama)-Nya, membesarkan-Nya, dan bertasbih kepada-Nya pagi dan petang.”
6. Bershalawat untuk Rasullullah, terutama setiap malam-hari jum’at shalawat yang sempurna yaitu shalawat Ibrahim
33:56 “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bersalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman! Bershalawat lah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya.”
7. Wajib berhukum terhadap beliau dengan taslih (menerima)
4:65 “Maka demi Tuhanmu, mereka tidak beriman sebelum mereka menjadikan engkau (Muhammad) sebagai hakim dalam perkara yang mereka selisihkan, (sehingga)kemudian tidak ada rasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang engkau berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.”
8. Menempatkan kedudukannya terdahulu dan tidak meremehkan hak-haknya, serta tidak boleh ghulu (berlebih-lebihan)
Kewajiban Ittiba’:
1. Kalau mencintai Allah ta’ala maka wajib mengikuti Rasulullah shallallahu alayhiwasallam, yang penting bukan bagaimana kita mencintai Allah tapi bagaimana kita dicintai Allah yaitu dengan ittiba’ terhadap Rasulullah (3:31)
2. Larangan menyelisihi perintah Rasulullah
24:63 “....maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul-Nya takut akan mendapat cobaan atau ditimpa azab yang pedih.”
3. Kalau mengikuti kebanyakan manusia di bumi, maka hanya akan mengikuti prasangka saja sehingga bisa menyesatkan
6:116 “dan jika kamu mengikuti kebanyakan orang di bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Yang mereka ikuti hanya persangkaan belakadan mereka hanyalah membuat kebohongan”
4. Larangan menentang Rasulullah sehingga wajib mengikuti manhaj salaf ash-sholih
4:115 “Dan barangsiapa menentang Rasul setelah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan dia dalam kesesatan yang telah dilakukannya itu dan akan Kami masukkan dia ke dalam neraka jahannam, dan itu seburuk-buruk tempat kembali.”
5. 6:153 “....inilah jalan-Ku yang lurus. Maka ikutilah! Jangan kamu mengikuti jalan lain yang akan mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya...”
HR Imam Ahmad dari Abdullah bin Mas’ud: “..setiap jalan lain (firqoh) pasti ada syaithon di dalamnya.”
Hakikat cinta Allah-Rasulullah
1. Memperoleh manisnya/lezatnya iman: mencintai Allah dan Rasulullah, mencintai orang karena Allah, membenci kepada kekufuran sebagaimana membenci dicampakkan kepada api neraka
2. Berbuat ittiba’, bukan ibtida’ (berbuat bid’ah)
10:106 “Dan jangan engkau menyembah sesuatu yang tidak memberi manfaat dan tidak pula memberi bencana kepadamu selain Allah, sebab jika engkau lakukan (yang demikian), maka sesungguhnya engkau termasuk orang yang zhalim.”
Halangan Ittiba’:
1. Kebodohan merupakan sumber semua kejelekan
2. Mengikuti hawa nafsu
28:50 “...maka ketahuilah bahwa mereka hanyalah mengikuti keinginan mereka. Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti keinginannya tanpa mendapat petunjuk dari Allah sedikitpun? Sungguh Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zhalim.”
3. Mendahulukan pendapat nenek moyang/ orang yang dihormati
4. Mendahulukan akal daripada nash yang shohih
5. Bergantung pada syubhat (sesuatu yang samar)
Sebab-sebab mendapat kebenaran:
1. Kesungguhan dalam diri untuk mencari kebenaran kesungguhan merupakan sifat orang yang beriman
2. Wajib diyakini bahw kebenaran adalah yang berasal dari ALLAH ta’ala dan Rasulullah shallallahu alayhi wasallam
3. Mempunya alat dan tangga menuju kebenaran dengan ilmu
Sehingga kita diwajibkan seringnya (minimal 17x dalam sholat) membaca ayat alfatihah ‘Ihdinash shiraathal mustaqiim’: menurut Ibnu Qayyim karena kebenaran itu luas
Tidak akan mendapat ilmu, kecuali 6 perkara:
1. Ijtihad/kemauan kuat
2. Pemahaman/kecerdasan
3. Punya modal
4. Sabar
5. Bimbingan seorang Ustadz menuntut ilmu tidak boleh dari siapa saja, syarat Ustadz: betul-betul fakih (ahlinya), aqidah/manhaj nya benar, dan akhlaknya baik
6. Panjangnya waktu butuh waktu lama dalam memahami suatu ilmu
“ilmu ini adalah agama, maka lihat dari siapa kamu mengambil agama.”
“agama kamu jaga, agama kamu jaga, agama kamu jaga.. ambil dari orang yang lurus dan jangan ambil dari orang yang menyimpang.”
Agar mendapat hidayah (hidayah: berupa ilmu dan amal):
1. Jelas sumber pengambilan hidayah Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah shallallahu alayhi wasallam
2. Benar sumber pemahaman dalilnya dan cara memahaminya berdasarkan atsar para Salaf ash-shaalih (para pendahulu/ sahabat yang shalih)
3. Kesungguhan/ kemauan keras mencari hidayah menghilangkan keinginan-keinginan duniawi, menghilangkan fanatisme-fanatisme terhadap satu madzhab/ulama
Penghalang hidayah:
1. Kesombongan dosa awal: sifat Iblis
“sombong itu menolak kebenaran dan meremehkan (merendahkan) manusia lain”
2. Hasad (kedengkian) seperti orang Yahudi yang berilmu tapi dengki karena Rasulullah shallallahu alayhiwasallam bukan berasal dari golongan mereka (Ishak) tapi dari bangsa Arab (Ismail dari keturunan budak Hajar), dan kedengkian Suku Quraisy karena beliau berasal dari Bani Hasyim.
3. Fantik terhadap satu madzhab/ kelompok/ golongan mengkultuskan ulama
“Bila telah jelas suatu sunnah, maka tidak ada penghalang baginya walau pun ada pendapat dari seorangmanusia ( ulama)”
“Apabila ada suatu hadits shohih, maka itulah pendapat/madzhab ku. Apabila ada pendapatku yang bertentangan, maka lemparkan saja pendapatku ke tembok.” (Imam Syafi’i)
4. Lebih mengutamakan akal daripada dalil asalnya: perkataan Iblis bahwa dia lebih baik dari Nabi Adam alayhissalam karena Iblis dari api dan beliau dari tanah yang hitam
5. Cinta kedudukan/ popularitas/ kemuliaan dalam masalah dunia
6. Lebih mendahulukan adat-istiadat nenek moyang/pendahulu
....tambahan kajian dari Ustadz Yazid bin Abdul Qodir Jawwaz....
Hak-hak Allah ta’ala dan Rasulullah shallallahu alayhi wasallam:
1. Mengimani risalahnya
2. Menaati perintah dan tidak mendurhakainya
4:13-14 “...Barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia akan memasukkannya ke dalam surge....dan itulah kemenangan yang agung (13) ...barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya dan melanggar batas-batas hukum-Nya, niscaya Allah memasukkan ke dalam api neraka, dia kekal didalamnya dan dia akan mendapat azab yang menghinakan (14)”
3. Ittiba’ menjadikannya teladan dalam segala urusan
3:31 “katakanlah: jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosa mu..”
4. Mencintainya melebihi cinta kepada manusia lain
5. Menghormatinya, membelanya dan keluarga serta sahabatnya
48:9 “agar kamu semua beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, menguatkan (agama)-Nya, membesarkan-Nya, dan bertasbih kepada-Nya pagi dan petang.”
6. Bershalawat untuk Rasullullah, terutama setiap malam-hari jum’at shalawat yang sempurna yaitu shalawat Ibrahim
33:56 “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bersalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman! Bershalawat lah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya.”
7. Wajib berhukum terhadap beliau dengan taslih (menerima)
4:65 “Maka demi Tuhanmu, mereka tidak beriman sebelum mereka menjadikan engkau (Muhammad) sebagai hakim dalam perkara yang mereka selisihkan, (sehingga)kemudian tidak ada rasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang engkau berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.”
8. Menempatkan kedudukannya terdahulu dan tidak meremehkan hak-haknya, serta tidak boleh ghulu (berlebih-lebihan)
Kewajiban Ittiba’:
1. Kalau mencintai Allah ta’ala maka wajib mengikuti Rasulullah shallallahu alayhiwasallam, yang penting bukan bagaimana kita mencintai Allah tapi bagaimana kita dicintai Allah yaitu dengan ittiba’ terhadap Rasulullah (3:31)
2. Larangan menyelisihi perintah Rasulullah
24:63 “....maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul-Nya takut akan mendapat cobaan atau ditimpa azab yang pedih.”
3. Kalau mengikuti kebanyakan manusia di bumi, maka hanya akan mengikuti prasangka saja sehingga bisa menyesatkan
6:116 “dan jika kamu mengikuti kebanyakan orang di bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Yang mereka ikuti hanya persangkaan belakadan mereka hanyalah membuat kebohongan”
4. Larangan menentang Rasulullah sehingga wajib mengikuti manhaj salaf ash-sholih
4:115 “Dan barangsiapa menentang Rasul setelah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan dia dalam kesesatan yang telah dilakukannya itu dan akan Kami masukkan dia ke dalam neraka jahannam, dan itu seburuk-buruk tempat kembali.”
5. 6:153 “....inilah jalan-Ku yang lurus. Maka ikutilah! Jangan kamu mengikuti jalan lain yang akan mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya...”
HR Imam Ahmad dari Abdullah bin Mas’ud: “..setiap jalan lain (firqoh) pasti ada syaithon di dalamnya.”
Hakikat cinta Allah-Rasulullah
1. Memperoleh manisnya/lezatnya iman: mencintai Allah dan Rasulullah, mencintai orang karena Allah, membenci kepada kekufuran sebagaimana membenci dicampakkan kepada api neraka
2. Berbuat ittiba’, bukan ibtida’ (berbuat bid’ah)
10:106 “Dan jangan engkau menyembah sesuatu yang tidak memberi manfaat dan tidak pula memberi bencana kepadamu selain Allah, sebab jika engkau lakukan (yang demikian), maka sesungguhnya engkau termasuk orang yang zhalim.”
Halangan Ittiba’:
1. Kebodohan merupakan sumber semua kejelekan
2. Mengikuti hawa nafsu
28:50 “...maka ketahuilah bahwa mereka hanyalah mengikuti keinginan mereka. Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti keinginannya tanpa mendapat petunjuk dari Allah sedikitpun? Sungguh Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zhalim.”
3. Mendahulukan pendapat nenek moyang/ orang yang dihormati
4. Mendahulukan akal daripada nash yang shohih
5. Bergantung pada syubhat (sesuatu yang samar)
MENJADI MUSLIM KAFFAH
“Akan datang suatu zaman ketika umat lain mengeroyok umat muslim seperti mendatangi makanan pada satu wadah/tempat. (ditanya) ‘Apakah jumlah muslim saat itu sedikit?’ Tidak, pada saat itu ALLAH ta’ala akan menanamkan rasa takut ke dalam dada musuh-musuh kalian dan ALLAH ta’ala akan meletakkan rasa wahn (cinta dunia & takut mati) ke dalam hati kalian.”
Maksudnya: saat itu jumlah muslim sangat banyak namun bagaikan buih di lautan (lemah-gampang terpecah)
“orang-orang bertanya kepada Rasulullah shallallahu alayhi wasallam tentang kebaikan, tetapi saya menanyakan keburukan untuk menghindar...” (HR Bukhori-Muslim)
“Akan datang zaman ketika orang jujur didustakan, penghianat diberi amanah, sedangkan orang yang amanah di buat berkhianat. Pada saat itu orang kerdil ilmu berbicara masalah agama.” (HR Ibnu Madjah)
Kaidah jama’ah:
1. Sesuai al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah shallallahu alayhi wasallam
2. Memiliki imam yang syah -> ulil amri (pemerintah yang syah)
Kaidah muslim kaffah:
1. Ahlussunnah wal jama’ah
2. Mau berserah diri kepada yang haq /kebenaran (taslilm)
3. Mempunyai ‘izzah dengan bertauhid dan berpegang teguh kepada kebenaran/ ketegaran
4. 3T: Tazkiyah (mensucikan diri), Tasfiyah (meluruskan), Tarbiyah (membina) -> menurut Ibnu Katsir ketiganya harus diiringi dengan Basiiroh yakni ilmu dengan keyakinan kuat
5. Amar ma’ruf nahi munkar, syarat:
-> Jika mempunyai ilmu dan kekuasaan, maka dilakukan dengan tangan
-> Jika mempunyai ilmu tanpa kekuasaan, maka dilakukan dengan lisan
-> Jika tanpa ilmu dan tanpa kekuasaan, maka diamlah dan mengingkari dengan hati
(oleh Ust Zainal Abidin bin Syamsuddin, Lc)
Maksudnya: saat itu jumlah muslim sangat banyak namun bagaikan buih di lautan (lemah-gampang terpecah)
“orang-orang bertanya kepada Rasulullah shallallahu alayhi wasallam tentang kebaikan, tetapi saya menanyakan keburukan untuk menghindar...” (HR Bukhori-Muslim)
“Akan datang zaman ketika orang jujur didustakan, penghianat diberi amanah, sedangkan orang yang amanah di buat berkhianat. Pada saat itu orang kerdil ilmu berbicara masalah agama.” (HR Ibnu Madjah)
Kaidah jama’ah:
1. Sesuai al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah shallallahu alayhi wasallam
2. Memiliki imam yang syah -> ulil amri (pemerintah yang syah)
Kaidah muslim kaffah:
1. Ahlussunnah wal jama’ah
2. Mau berserah diri kepada yang haq /kebenaran (taslilm)
3. Mempunyai ‘izzah dengan bertauhid dan berpegang teguh kepada kebenaran/ ketegaran
4. 3T: Tazkiyah (mensucikan diri), Tasfiyah (meluruskan), Tarbiyah (membina) -> menurut Ibnu Katsir ketiganya harus diiringi dengan Basiiroh yakni ilmu dengan keyakinan kuat
5. Amar ma’ruf nahi munkar, syarat:
-> Jika mempunyai ilmu dan kekuasaan, maka dilakukan dengan tangan
-> Jika mempunyai ilmu tanpa kekuasaan, maka dilakukan dengan lisan
-> Jika tanpa ilmu dan tanpa kekuasaan, maka diamlah dan mengingkari dengan hati
(oleh Ust Zainal Abidin bin Syamsuddin, Lc)
Langganan:
Postingan (Atom)