Label

Sabtu, 07 Mei 2011

Meniti Jalan Kebenaran

(oleh Ust Abu Yahya Badrussalaam, Lc)

Sebab-sebab mendapat kebenaran:
1. Kesungguhan dalam diri untuk mencari kebenaran  kesungguhan merupakan sifat orang yang beriman
2. Wajib diyakini bahw kebenaran adalah yang berasal dari ALLAH ta’ala dan Rasulullah shallallahu alayhi wasallam
3. Mempunya alat dan tangga menuju kebenaran  dengan ilmu
Sehingga kita diwajibkan seringnya (minimal 17x  dalam sholat) membaca ayat alfatihah ‘Ihdinash shiraathal mustaqiim’: menurut Ibnu Qayyim karena kebenaran itu luas
Tidak akan mendapat ilmu, kecuali 6 perkara:
1. Ijtihad/kemauan kuat
2. Pemahaman/kecerdasan
3. Punya modal
4. Sabar
5. Bimbingan seorang Ustadz  menuntut ilmu tidak boleh dari siapa saja, syarat Ustadz: betul-betul fakih (ahlinya), aqidah/manhaj nya benar, dan akhlaknya baik
6. Panjangnya waktu  butuh waktu lama dalam memahami suatu ilmu
“ilmu ini adalah agama, maka lihat dari siapa kamu mengambil agama.”
“agama kamu jaga, agama kamu jaga, agama kamu jaga.. ambil dari orang yang lurus dan jangan ambil dari orang yang menyimpang.”

Agar mendapat hidayah (hidayah: berupa ilmu dan amal):
1. Jelas sumber pengambilan hidayah  Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah shallallahu alayhi wasallam
2. Benar sumber pemahaman dalilnya dan cara memahaminya  berdasarkan atsar para Salaf ash-shaalih (para pendahulu/ sahabat yang shalih)
3. Kesungguhan/ kemauan keras mencari hidayah  menghilangkan keinginan-keinginan duniawi, menghilangkan fanatisme-fanatisme terhadap satu madzhab/ulama

Penghalang hidayah:
1. Kesombongan  dosa awal: sifat Iblis
“sombong itu menolak kebenaran dan meremehkan (merendahkan) manusia lain”
2. Hasad (kedengkian)  seperti orang Yahudi yang berilmu tapi dengki karena Rasulullah shallallahu alayhiwasallam bukan berasal dari golongan mereka (Ishak) tapi dari bangsa Arab (Ismail dari keturunan budak Hajar), dan kedengkian Suku Quraisy karena beliau berasal dari Bani Hasyim.
3. Fantik terhadap satu madzhab/ kelompok/ golongan  mengkultuskan ulama
“Bila telah jelas suatu sunnah, maka tidak ada penghalang baginya walau pun ada pendapat dari seorangmanusia ( ulama)”
“Apabila ada suatu hadits shohih, maka itulah pendapat/madzhab ku. Apabila ada pendapatku yang bertentangan, maka lemparkan saja pendapatku ke tembok.” (Imam Syafi’i)
4. Lebih mengutamakan akal daripada dalil  asalnya: perkataan Iblis bahwa dia lebih baik dari Nabi Adam alayhissalam karena Iblis dari api dan beliau dari tanah yang hitam
5. Cinta kedudukan/ popularitas/ kemuliaan dalam masalah dunia
6. Lebih mendahulukan adat-istiadat nenek moyang/pendahulu

....tambahan kajian dari Ustadz Yazid bin Abdul Qodir Jawwaz....

Hak-hak Allah ta’ala dan Rasulullah shallallahu alayhi wasallam:
1. Mengimani risalahnya
2. Menaati perintah dan tidak mendurhakainya
4:13-14 “...Barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia akan memasukkannya ke dalam surge....dan itulah kemenangan yang agung (13) ...barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya dan melanggar batas-batas hukum-Nya, niscaya Allah memasukkan ke dalam api neraka, dia kekal didalamnya dan dia akan mendapat azab yang menghinakan (14)”
3. Ittiba’  menjadikannya teladan dalam segala urusan
3:31 “katakanlah: jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosa mu..”
4. Mencintainya melebihi cinta kepada manusia lain
5. Menghormatinya, membelanya dan keluarga serta sahabatnya
48:9 “agar kamu semua beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, menguatkan (agama)-Nya, membesarkan-Nya, dan bertasbih kepada-Nya pagi dan petang.”
6. Bershalawat untuk Rasullullah, terutama setiap malam-hari jum’at  shalawat yang sempurna yaitu shalawat Ibrahim
33:56 “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bersalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman! Bershalawat lah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya.”
7. Wajib berhukum terhadap beliau dengan taslih (menerima)
4:65 “Maka demi Tuhanmu, mereka tidak beriman sebelum mereka menjadikan engkau (Muhammad) sebagai hakim dalam perkara yang mereka selisihkan, (sehingga)kemudian tidak ada rasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang engkau berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.”
8. Menempatkan kedudukannya terdahulu dan tidak meremehkan hak-haknya, serta tidak boleh ghulu (berlebih-lebihan)

Kewajiban Ittiba’:
1. Kalau mencintai Allah ta’ala maka wajib mengikuti Rasulullah shallallahu alayhiwasallam, yang penting bukan bagaimana kita mencintai Allah tapi bagaimana kita dicintai Allah yaitu dengan ittiba’ terhadap Rasulullah (3:31)
2. Larangan menyelisihi perintah Rasulullah
24:63 “....maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul-Nya takut akan mendapat cobaan atau ditimpa azab yang pedih.”
3. Kalau mengikuti kebanyakan manusia di bumi, maka hanya akan mengikuti prasangka saja sehingga bisa menyesatkan
6:116 “dan jika kamu mengikuti kebanyakan orang di bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Yang mereka ikuti hanya persangkaan belakadan mereka hanyalah membuat kebohongan”
4. Larangan menentang Rasulullah sehingga wajib mengikuti manhaj salaf ash-sholih
4:115 “Dan barangsiapa menentang Rasul setelah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan dia dalam kesesatan yang telah dilakukannya itu dan akan Kami masukkan dia ke dalam neraka jahannam, dan itu seburuk-buruk tempat kembali.”
5. 6:153 “....inilah jalan-Ku yang lurus. Maka ikutilah! Jangan kamu mengikuti jalan lain yang akan mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya...”
HR Imam Ahmad dari Abdullah bin Mas’ud: “..setiap jalan lain (firqoh) pasti ada syaithon di dalamnya.”


Hakikat cinta Allah-Rasulullah
1. Memperoleh manisnya/lezatnya iman: mencintai Allah dan Rasulullah, mencintai orang karena Allah, membenci kepada kekufuran sebagaimana membenci dicampakkan kepada api neraka
2. Berbuat ittiba’, bukan ibtida’ (berbuat bid’ah)
10:106 “Dan jangan engkau menyembah sesuatu yang tidak memberi manfaat dan tidak pula memberi bencana kepadamu selain Allah, sebab jika engkau lakukan (yang demikian), maka sesungguhnya engkau termasuk orang yang zhalim.”

Halangan Ittiba’:
1. Kebodohan merupakan sumber semua kejelekan
2. Mengikuti hawa nafsu
28:50 “...maka ketahuilah bahwa mereka hanyalah mengikuti keinginan mereka. Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti keinginannya tanpa mendapat petunjuk dari Allah sedikitpun? Sungguh Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zhalim.”
3. Mendahulukan pendapat nenek moyang/ orang yang dihormati
4. Mendahulukan akal daripada nash yang shohih
5. Bergantung pada syubhat (sesuatu yang samar)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar